Melatih Otak Hanya dengan Berberapa Klik

Menggunakan fitur pencarian di internet membantu dewasa dan orang berusia lanjut untuk mempertahankan daya ingat agar tetap berada pada kondisi optimal, menurut ilmuwan AS baru-baru ini. Ilmuwan di University of California Los Angeles (UCLA) melakukan studi ini dengan merekam aktivitas otak melalui functional magnetic resonance imaging scan melihat bahwa "orang-orang yang sering melakukan pencarian di internet menggunakan lebih banyak aktivitas otak sewaktu mereka mencari," kata Dr. Gary Small, pakar penuaan UCLA dalam sebuah wawancara telepon, "menegaskan bahwa pencarian di internet dapat melatih otak dan menjaga otak agar tetap aktif dan sehat."

Banyak studi yang mengatakan bahwa permainan asah otak seperti puzzle dapat mempertahankan fungsi otak, namun belum banyak yang mempelajari dampak penggunaan internet terhadap daya ingat. Small mengatakan bahwa "ini adalah pertama kalinya seseorang melakukan pindai otak saat obyek sedang melakukan pencarian di internet."

Studi dilakukan pada 24 orang yang berusia 55 sampai 76 tahun. Separuh dari mereka sudah sering melakukan pencarian di internet, sementara separuhnya lagi belum memiliki pengalaman mencari. Kedua kelompok kemudian diminta melakukan pencarian internet dan membaca buku sementara aktivitas otak mereka diawasi.

"Kami menemukan bahwa aktivitas membaca buku mengaktifkan visual kortex — bagian dari otak yang mengontrol bahasa. Pada pencarian internet, aktivitas yang dilakukan jauh lebih banyak, namun hal ini hanya berlaku bagi kelompok yang biasa menggunakan internet," jelas Small.

Small mengatakan bahwa orang yang terbiasa menggunakan internet dapat memicu tingkat aktivitas otak yang jauh lebih dalam. Pada otak yang sudah menua, pengurangan aktivitas sel dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif. Aktivitas otak yang lebih dapat mempertahankan kesehatan otak dan kemampuan berpikir.

Small berpendapat bahwa mempelajari cara melakukan pencarian di internet merupakan salah satu aktivitas tersebut. "Mungkin kita dapat mengajarkan trik internet baru pada otak yang sudah tua," tutur Small. udaramaya.com


[+/-] Selengkapnya...

Optimalkan Kecerdasan Anak dengan Edukasi Menyenangkan

Pakar pendidikan anak, Seto Mulyadi menyatakan, untuk mengoptimalkan kecerdasan anak maka harus melalui cara mendidik yang menyenangkan anak.

"Dunia anak adalah bermain, yang penuh spontanitas dan menyenangkan. Anak akan melakukan dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan," katanya di Banda Aceh, Kamis.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu menyampaikan hal itu dalam seminar bertema "Tingkatkan kualitas didik anak Aceh melalui proses belajar yang menyenangkan" yang diselenggarakan Biro Psikologi Psikodinamika Banda Aceh.

Menurut Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak itu, belajar bagi anak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik melalui nyanyian, dongeng maupun bermain.

Dia menyebutkan setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda dan orangtua harus menghargai prestasinya karena pada dasarnya semua anak cerdas baik cerdas matematika, menggambar, menyanyi maupun bentuk kecerdasan lainnya.

"Selama ini orangtua yang membuat diskriminasi terhadap anak. Anak dianggap tidak cerdas jika tidak pintar matematika padahal kecerdasan spektrumnya sangat luas," katanya.

Kak Seto juga mengungkapkan semua anak pada dasarnya senang belajar hanya bagaimana cara mengoptimalkannya karena jika suasana dibuat menyenangkan anak akan senang belajar.

Kekerasan terhadap anak, kurikulum sekolah yang padat dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya menyebabkan anak tidak belajar efektif dan takut sekolah.

Kekerasan terhadap anak juga kerap terjadi dalam keluarga berupa menjewer telinga, membentak, mencubit. Selain itu anak juga mendapat kekerasan dari elektronik.

Menurut Kak Seto dari penelitian dominasi tayangan televisi, iklan menunjukkan angka tertinggi yaitu 39,74 persen sementara tayangan pendidikan hanya 0,07 persen.

Anak-anak yang memiliki dasar suka meniru sebenarnya sangat kreatif dan orangtua serta guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak dengan bersikap luwes dan kreatif pula. antara.co.id


[+/-] Selengkapnya...

Belajar dari Jepang

Opini kecil, ini ditulis oleh Romiwahono sewaktu masih tinggal di Jepang. Pernah dimuat di kolom Opini, Surat Kabar Republika.

Tiada hari terlewatkan tanpa membaca surat kabar Indonesia melalui Internet. Di sana-sini bermunculan berita mengenai rusaknya moral dan carut marutnya kepribadian masyarakat Indonesia, layaknya sebuah bangsa yang tidak terdidik. Dan kerusakan ini secara signifikan dan menyeluruh melanda berbagai golongan masyarakat Indonesia, dari pejabat atas, menengah sampai rendah, dari anggota DPR sampai menular ke masyarakat umum. Kemudian kalau kita menyimak berita-berita Internasional, sudah menjadi hal yang lazim, bahwa Indonesia selalu memenangi kontes-kontes internasional yang berhubungan dengan sifat buruk. Dari masalah besarnya jumlah korupsi, pelanggaran HAM, pembajakan software, sampai rendahnya masalah sumber daya manusia (SDM).

Pada tulisan ini, penulis mencoba menguraikan tentang bagaimana sebuah komunitas terdidik (knowledged community) dan beradab itu sebenarnya bisa terbentuk dari sesuatu hal yang sangat sederhana.

Dari mengamati perilaku kehidupan masyarakat Jepang, sebenarnya tergambar bagaimana sebuah komunitas terdidik terlahir dari suatu sifat dan sikap yang sederhana. Yang pertama mari kita lihat bagaimana orang Jepang mengedepankan rasa “malu”. Fenomena “malu” yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Penulis cermati bahwa di Jepang sebenarnya banyak hal baik lain terbentuk dari sikap malu ini, termasuk didalamnya masalah penghormatan terhadap HAM, masalah law enforcement, masalah kebersihan moral aparat, dsb.

Bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu contoh nyata. Orang Jepang lebih senang memilih memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

Hal menarik berikutnya adalah bagaimana orang Jepang berprinsip sangat “ekonomis” dalam masalah perbelanjaan rumah tangga. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Sekitar 8 tahun yang lalu, masa awal-awal mulai kehidupan di Jepang, penulis sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar pukul 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 10 atau 20 yen. Juga bagaimana orang Jepang lebih memilih naik densha (kereta listrik) swasta daripada densha milik negeri, karena untuk daerah Tokyo dan sekitarnya ternyata densha swasta lebih murah daripada milik negeri. Dan masih banyak lagi contoh yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa orang Jepang itu sangat ekonomis.

Secara perekonomian mereka bukan bangsa yang miskin karena boleh dikata sekarang memiliki peringkat GDP yang sangat tinggi di dunia. Mereka juga bukan bangsa yang tidak sibuk atau lebih punya waktu berhidup ekonomis, karena mereka bekerja dengan sangat giat bahkan terkenal dengan bangsa yang gila kerja (workaholic). Tetapi hebatnya mereka tetap memegang prinsip hidup ekonomis. Ini sangat bertolak belakang dengan masyarakat negara-negara berkembang (baca: Indonesia) yang bersifat sangat konsumtif. Terus terang kita memang sangat malas untuk bersifat ekonomis. Baru dapat uang sedikit saja sudah siap-siap pergi ke singapore untuk shopping, atau beli telepon genggam baru.

Sifat berikutnya adalah masalah “sopan santun dan menghormati orang lain”. Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakkan orang lain. Kalau kita berjalan tergesa-gesa dan menabrak orang Jepang, sebelum kita sempat mengatakan maaf, orang Jepang dengan cepat akan mengatakan maaf kepada kita. Demikian juga apabila kita bertabrakan sepeda dengan mereka. Tidak peduli siapa yang sebenarnya pada pihak yang salah, mereka akan secara refleks mengucapkan gomennasai (maaf).

Kalau moral dan sifat-sifat sederhana dari orang Jepang, seperti malu, hidup ekonomis, menghormati orang lain sudah sangat jauh melebihi kita, ditambah dengan majunya perekonomian dan sistem kehidupan. Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita, hal baik apa yang kira-kira bisa kita banggakan sebagai bangsa Indonesia kepada mereka ?

Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh dan tidak mengerti moral. Kita bisa menyaksikan bahwa mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar Jepang, Jerman, Amerika dan di negara -negara lain, banyak sekali yang berprestasi dan tidak kalah secara ilmu dan kepintaran. Demikian juga kalau kita bandingkan bagaimana para pengamat dan komentator Indonesia menguraiakan analisanya di televisi Indonesia. Selama hidup 8 tahun di Jepang penulis belum pernah menemukan analisa pengamat dan komentator di televisi Jepang yang lebih hebat analisanya daripada pengamat dan komentator Indonesia. Dan ini menyeluruh, dari masalah ekonomi, politik, sistem pemerintahan bahkan sampai masalah sepak bola.

Akan tetapi sangat disayangkan bahwa fakta menunjukkan, secara politik dan sistem pemerintahan kita tidak lebih stabil daripada Jepang, secara ekonomi kita jauh dibawah Jepang. Dalam masalah sepakbola juga dalam waktu singkat Jepang sudah berprestasi menembus 16 besar pada piala dunia tahun 2002 ini, sementara kita sendiri masih berputar-putar dengan permasalahan yang tidak mutu, dari masalah wasit, pemain sampai kisruhnya suporter.

Mengambil pelajaran dari kasus yang telah diuraikan penulis diatas. Ternyata kepintaran dan kepandaian otak kita adalah tidak cukup untuk membawa kita menuju suatu komunitas yang terdidik. Justru sikap dan prinsip hidup yang sebenarnya terlihat sederhana itulah akan secara silmultan membentuk suatu bangsa menjadi bangsa besar dan berperadaban. (sumber : romisatriawahono.net) Baca Ini Juga


[+/-] Selengkapnya...

Kewirausahaan Melalui Link and Match

Kewirausahaan (enterpreunership) tidak selalu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Padahal kewirausahaan diperlukan untuk mendorong tumbuhnya industri-industri baru, termasuk didalamnya creative economic. Padahal seiring dengan perkembangan information and communication technology (ICT) saat ini, terbuka peluang pengembangan creative economic.

Sayang belum banyak yang memanfaatkan peluang itu. Salah satu kendalanya adalah belum tumbuhnya enterpreneurship, serta masih adanya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Untuk mengatasi masalah ini, Dewan Pengembangan Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-PT) mengembangkan konsep Cooperative Academic Education Program (Co-Op). Ia menjadi semacam jembatan konsep link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri.Pada program ini, DPPK PT menjalin kerjasama dengan lebih dari 62 industri, terdiri dari manufaktur, perbankan hingga telekomunikasi.

Ketua Bersama DPPK Rahardi Ramelan mengatakan program ini terkait dengan pilar kebijakan Depdiknas, yakni relevansi pendidikan. Interaksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan sangat penting.

''Tujuannya agar pendidikan menjadi relevan sesuai kebutuhan masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi, politik, maupun budaya,'' kata Rahardi Ramelan. Ia menambahkan bahwa program ini memberi peluang bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan dunia bisnis dan usaha yang nyata.

Di sektor telekomunikasi, DPP PT antara lain menggandeng Telkomsel. Operator ini ternyata juga mengembangkan konsep Co-Op di mana para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia kerja dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan magang dan mendapatkan honor. Peserta program ditetapkan oleh Dirjen Dikti.

Peserta Co-Op memiliki kewajiban layaknya karyawan sehingga mereka benar-benar belajar bekerja yang membekali mereka dengan berbagai kemampuan. Mereka diwajibkan membuat analisa dan laporan yang nantinya akan dibawa ke institusi pendidikan terkait sebagai dasar penyusunan maupun pengembangan kurikulum.

''Merupakan kehormatan tersendiri bagi kami dapat kembali berkontribusi mendukung program yang kami harapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia dari mahasiswa untuk menjadi calon entrepreneur di dunia usaha Indonesia,'' kata Direktur Keuangan Telkomsel Triwahyusari
Triwahyusari mengungkapkan, sebagai suatu institusi Telkomsel tidak hanya memperhatikan perkembangan dari internal perusahaan, tapi yang penting Telkomsel bertekad mengembangkan dunia usaha di Indonesia yang dimotori sumber daya dari Indonesia sendiri. Salah satu diantaranya adalah pengembangan kewirausahaan di kalangan kampus.

Dalam hal ini, Telkomsel membuka diri terhadap program magang yang dikembangkan Dirjen Dikti maupun kampus perguruan tinggi, yang bertujuan meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi dan relevansi pendidikan di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia usaha, serta menciptakan lulusan sebagai subyek penyedia lapangan kerja (kewirausahaan).

Pengembangan program sekaligus merupakan respon akan kondisi saat ini,. Ada kecenderungan jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan semakin meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak dijembatani dengan kebutuhan dunia usaha. Terlebih lagi jika lulusan perguruan tinggi tidak siap untuk menciptakan lapangan kerja.

Industri telekomunikasi merupakan industri yang secara nyata memberikan kontribusi positif, di mana kontribusi telekomunikasi terhadap Gross Domestic Product (GDP) tahun 2006 diperkirakan mencapai 2,89 persen dari total GDP di Indonesia. Belum lagi kontribusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Saat ini industri telekomunikasi mampu merangsang dan menghasilkan manfaat bagi industri atau dunia usaha lain dari hulu sampai hilir, seperti Konten, Musik, Voucher, dan Servis Ponsel.

Hal ini, kata Triwahyusari, selayaknya didukung dengan kuantitas dan kualitas SDM yang ditunjang kurikulum pendidikan yang relevan, serta SDM yang mampu menciptakan kesempatan-kesempatan baru di industri telekomunikasi. Apalagi, 63 persen Indonesia penduduk merupakan usia muda produktif yang merupakan kalangan dengan senses of technology yang tinggi dan antusiasme terhadap perkembangan teknologi yang sangat besar.

Magang
Di kalangan perguruan tinggi sendiri Link and Macth terus digulirkan. Untuk mendukung program ini, Universitas Darma Persada (Unsada) mengembangkan Unsada-CSH Training Center. Yaitu program pelatihan kerja dan magang yang diberikan kepada mahasiswa tingkat akhir dan alumni Unsada. Untuk menjalankan program ini Unsada bekerja sama dengan CSH. Yakni sebuah lembaga pelatihan yang sudah memiliki jaringan dan pengalaman yang cukup luas.

Kepala Bagian Humas Unsada Alfonsus B Say, SE mengungkapkan, program ini merupakan upaya mempersiapkan mahasiswa memiliki kesiapan memasuki dunia kerja setelah mereka lulus. ''Program ini juga menjadi nilai tambah yang ditawarkan Unsada kepada masyarakat,'' jelas Alfons.

Tahap awal, peserta mengikuti beberapa seminar dan diskusi. Dalam seminar dan diskusi yang dikemas secara proaktif dan menarik ini, dikenalkan dunia kerja dan bagaimana persiapan untuk memasuki dunia kerja. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk membuat lamaran dan CV. ''Kami baru akan masuk ke proses wawancara pertengahan bulan April ini. Dari sekitar 40 peserta yang ikut pada tahap awal, sebanyak 14 mahasiswa berhasil masuk ke tahap wawancara,'' kata Alfons.

Konsultan Senior CSH Ir Sandra Harris, M Sc peserta akan magang pada berbagai perusahaan, mulai dari korporat, perbankan hingga perhotelan. Selama proses magang ini, mahasiswa akan diberikan pelatihan tambahan mengenai dunia kerja. Seperti bagaimana caranya presentasi, berkomunikasi dan kemampuan lain yang diperlukan untuk bekerja. ''Lamanya magang bervariasi, mulai dari tiga hingga enam bulan,'' ujar Sandra.

Metode lain diterapkan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Ketua Program Studi D3 Otomotif dan Alat Berat Fakultas Teknik UMJ, Ir Basuki Wibyatmoko mengatakan, untuk menciptakan lulusan yang dapat langsung bekerja, UMJ menggandeng United Tracktor (UT). Bentuk kerjasama meliputi penyediaan tempat belajar, pelatihan dan penyediaan instruktur hingga penyelenggaraan ujian.

Selama tiga semester awal, perkuliahan dilakukan di UMJ. Di sini, mahasiswa diberikan mata kuliah dasar dan umum. Semester empat hingga semester enam dilakukan di UT dengan pengajar dari UMJ dan instruktur UT. Materinya meliputi alat-alat berat. Seperti buldozer, dump truck, grader, dan excavator.

Tiga bulan pertama pada semester empat, mahasiswa diajarkan mengenai teori secara umum. Tiga bulan sisanya, mahasiswa akan ditempatkan di unit-unit UT untuk mempraktikkan materi yang telah didapat. Pada akhir semester, mahasiswa akan diminta untuk membuat laporan mengenai kegiatannya selama tiga bulan terakhir.

Presentasi laporan dilakukan dua kali. Yang pertama di unit UT dimana mahasiswa ditempatkan. Yang kedua di UT Pusat di Jakarta. Proses belajar di semester ini disebut juga dengan On The Job Training (OJT) I.

Basuki mengatakan, pada OJT I, mahasiswa difokuskan untuk mempelajari mengenai sistem. Mulai dari sistem mesin, sistem hidrolik, dan sebagainya. Barulah pada OJT II atau pada semester lima, fokus belajar lebih ditekankan kepada penyelesaian masalah di lapangan. Peran serta UT tidak hanya sampai di situ saja.

Ketika mahasiswa melakukan tugas akhir, disediakan satu dosen pembimbing yang merupakan instruktur senior di UT. "Ketika sidang tugas akhir pun kami meminta sekitar empat orang instruktur UT untuk ikut menilai tugas akhir yang dikerjakan mahasiswa," ungkap Basuki.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Bagaimana Tunanetra Belajar Komputer?

Pembaca, melihat tunanetra yang mahir berkomputer mungkin sudah mulai jadi hal lumrah di sekitar kita. Berkat kemajuan teknologi dan informasi (IT), kini tunanetra pun dapat merasakan bagaimana komputer dapat menjadikan "hidup menjadi lebih hidup".

Boleh dibilang begitu, karena berkat dukungan IT, tunanetra tak hanya terbantu dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, namun juga bisa menikmati aktivitas komputasi lain, mulai dari browsing internet hingga chatting dan ngobrol via telepon komputer.

Namun, saat penulis bertemu dengan banyak tunanetra yang belum menguasai komputer, atau pengajar komputer yang begitu antusias ingin mengajarkan komputer untuk tunanetra, sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik pun muncul. "Bagaimana caranya mengajar komputer untuk tunanetra?"

Jika kata "untuk tunanetra" dalam kutipan di atas dihilangkan, jawabannya tentu mudah. Tinggal daftar di ratusan pusat pendidikan komputer yang tentunya sudah menjamur, atau belajar langsung lewat buku-buku panduan belajar komputer yang pastinya sudah banyak beredar di pasaran. Tak hanya itu, sarana belajar berbentuk multimedia pun sudah akrab dengan mereka yang ingin belajar menggunakan metode yang lebih modern.

Lho, memangnya berbeda cara mengajar komputer untuk orang berpenglihatan dan tunanetra?

Tentu saja, karena di sini kedua belah pihak menggunakan komputer dengan cara yang berbeda. Untuk orang berpenglihatan, akses ke komputer dilakukan dengan menggunakan mata, sedangkan untuk tunanetra, informasi dan pengoperasian komputer dilakukan dengan memanfaatkan indera pendengaran (komputer dilengkapi dengan pembaca layar), atau indera peraba (komputer yang dilengkapi dengan monitor braille).

Untuk teknik mengajar komputer bagi orang berpenglihatan tentunya sudah sering Anda temukan di mana-mana. Nah, kali ini penulis akan memberi contoh proses pengajaran komputer bagi tunanetra yang dilakukan Sugiyo (tunanetra), salah seorang instruktur senior yang mengajar komputer bagi tunanetra di Yayasan Mitra Netra, Jakarta.

Penulis berharap adanya ilustrasi kecil ini dapat memberi gambaran pada pembaca tentang teknik mengajar komputer bagi tunanetra, sehingga dapat langsung diaplikasikan apabila ada relasi tunanetra yang ingin belajar komputer.

Konsep Pelajaran

Untuk langkah awal, Sugiyo biasanya terlebih dahulu menerangkan konsep-konsep pelajarannya. Misalnya, dia akan menerangkan apa itu menu bar dan apa saja yang ada didalamnya. Setelah itu, untuk langkah pengoperasian tertentu, dia biasanya langsung mengajak siswa praktek bersama-sama.

"Pertama-tama, mereka dituntun untuk mengerjakan sesuatu, lama-lama dilepas dan akhirnya mereka bisa mengerjakan sendiri," jelasnya.

Sugiyo juga sering kali memancing para peserta kursus lewat pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang diajarkan. Dengan begitu, para muridnya akan dapat memahami pelajaran dengan lebih baik.

Agar mempermudah peserta mengikuti kursus, Sugiyo menyusun beberapa buku pedoman pelajaran komputer. Selain diambil dari buku-buku computer yang pernah dibacanya, buku-bukunya tersebut juga disusun berdasarkan pengalaman pribadinya ketika belajar komputer.

"Saya sudah memiliki konsep sendiri mengenai urutan pelajaran yang diberikan. Saya sebelumnya belajar dari buku-buku dan kemudian saya menyusun sendiri sehingga dapat dipahami oleh tunanetra dengan lebih mudah," tuturnya.

Untuk keterangan yang bersifat visual, Sugiyo biasanya membuat alat peraga sederhana. Alat tersebut biasanya berasal dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya. "Yang penting saya bisa mendeskripsikannya kepada siswa," ujarnya.

Kursus komputer yang dilaksanakan di YMN dibagi atas beberapa program. Jangka waktu pelaksanaan kursus tergantung dari program apa yang diambil. Untuk Microsoft Word misalnya, lamanya program adalah empat bulan dengan dua kali pertemuan setiap minggunya, masing-masing selama dua jam.

Setelah menyelesaikan program Microsoft Word, peserta dapat memilih program berikutnya, seperti Microsoft Excel, Microsoft Power Point atau Microsoft Access. Selain itu, kursus komputer di YMN ini menyediakan program html, Jaws Script (materi untuk mengkonfigurasi pembaca layar JAWS )dan program lanjutan dari html.

Karena komputer yang digunakan tunanetra harus dilengkapi dengan program pembaca layer (screen reader), di awal penggunaannya peserta kadang kala menemukan kesulitan dalam memahami aksen atau suara yang dikeluarkan program pembaca layer tersebut. Hal itu dikarenakan suara yang dikeluarkan masih menggunakan aksen bahasa Inggris. Untuk itu, Sugiyo biasanya membimbing siswa memahami suara yang dibacakan oleh program tersebut.

"Biasanya saya meminta siswa mendengarkan perkata dan saya akan mengulang apa yang disebutkan oleh screen reader itu," jelas Sugiyo lagi. Pada kenyataannya, tidak perlu waktu lama untuk dapat memahami suara yang dikeluarkan oleh program pembaca layer tersebut.

Untuk bisa mengikuti kursus komputer, peserta diharuskan telah lulus kursus mengetik sepuluh jari yang juga diadakan YMN.

"Hal tersebut penting untuk memudahkan siswa memahami apa yang ada pada keyboard komputer," ujar Sugiyo menjelaskan.

Sedangkan untuk program-program lanjutan, Sugiyo mensyaratkan, peserta paling tidak sudah menguasai konsep windows. Sejauh ini, tidak ada kendala berarti yang menghambat Sugiyo dalam mengajarkan komputer kepada tunanetra.

"Asal mereka memiliki kemauan yang kuat, mereka pasti bisa. Kalau saya yang tunanetra bisa, saya yakin mereka juga pasti bisa," ujarnya. detikinet.com

[+/-] Selengkapnya...

Metode Quantum Teaching

"Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka." Istilah ini adalah istilah yang dipakai dalam Quantum Teaching, sebuah metode belajar yang pada awalnya adalah eksperimen Dr Georgi Lazanov tentang Suggestology yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Bobbi de Porter yang merupakan murid dari Dr Georgi Lazanov, mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik) dan pendidikan holistik. Lalu setelah melalui beberapa fase Quantum Learning kembali dikembangkan dan pada akhirnya lahirlah Quantum Teaching, yaitu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Rumus dan tehnik yang diterapkan oleh Quantum Teaching adalah AMBAK & TANDUR, definisi dari kedua kata tersebut adalah:
AMBAK
A: Apa yang dipelajari
Dalam setiap pelajaran, guru hanya menetapkan, anak didiklah yang menentukan tema sesuai minat masing-masing. Sebagai contoh pada pelajaran menggambar, guru hanya menentukan pelajaran menggambar dan para anak didiknya yang menentukan temanya.
M: Manfaat
Guru memberikan penjelasan manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran dan guru harus bisa memberi kemampuan memahami situasi yang sebenarnya sehingga para siawa bisa lebih tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
BAK: Bagiku
Manfaat apa yang akan diperoleh di kemudian hari dengan mempelajari ini semua.

Definisi dari tehnik pembelajaran Quantum Teaching TANDUR, adalah:
T: Tumbuhkan minat belajar
A: Aktifkan minat belajar
N: Namai semua konsep pembelajaran
D: Demonstrasikan, dengan maksud supaya anak lebih memahami pelajaran.
U: Ulangi, semakin sering diulang maka semakin kuat kuat pelajaran melekat.
R: Rayakan, berikan apresiasi kepada siapa saja yang berhasil melakukannya dengan baik.

Menggali Potensi Para Guru dan Tenaga Pengajar
Tidak hanya peduli pada para siswa, PT Adaro Indonesia juga peduli dengan para guru dan tenaga pelajar dengan memberikan kesempatan kepada mereka menggali lebih dalam potensi diri dan pengetahuannya. PT Adaro Indonesia pada kesempatan tersebut melalui Lembaga Pengembangan Potensi Pendidikan Adaro-Partners (LP3-AP) mengadakan serangkaian seminar dan pelatihan Quantum Learning dan Quantum Teaching.

Para perserta yang terdiri dari 1.122 orang perserta tersebut merupakan para guru dan tenaga pengajar dari tiga Kabupaten, yaitu Tabalong, Balangan Kalimantan Selatan dan Barito Timur Kalimantan Tengah. Dalam pelatihan tersebut para guru dan tenaga pengajar diberikan pelatihan diantaranya Contextual Teaching & Learning (CTL) Sain. Selain itu, para guru dan tenaga pengajar dibekali pula dengan Quantum Teaching yaitu ilmu pengajaran yang menggabungkan unsur seni dalam pencapaian tujuan belajar yang terarah, sehingga para siswa dapat belajar dalam suasana yang meriah. Dan Trainer of Trainer Quantum teaching sebagai program lanjutan quantum teaching serta disuguhi berbagai seminar yang bertemakan tradisi membangun mutu, supervisi dan monitoring sebagai wujud kemampuan melakukan pemantauan implementasi metode pengajaran.

[+/-] Selengkapnya...

Ciptakan Pola Bermain Efektif

Peran orangtua dalam tumbuh kembang anak sangat penting, termasuk saat menciptakan pola bermain. Ayah dan ibu sebaiknya bisa memperhatikan kuantitas dan kualitas bermain anak-anak untuk mencegah efek negatif yang mungkin ditimbulkan.

"Kualitas itu penting, percuma bila sang ibu terus di rumah. Kuantitas ada namun kualitas tidak ada, ibu sibuk sendiri dan anak juga sibuk sendiri," ujar Psikolog sekaligus Play Therapist, Dra. Mayke S. Tedjasaputra, belum lama ini.

Menurutnya, keterlibatan orang tua sungguh perlu, tentunya disesuaikan dengan tahapan usia anak. "Untuk anak usia 0-2 semua indera perlu dirangsang dengan aktivitas yang sesuai. Aktivitas ini berlangsung hingga masa pra-sekolah," ujarnya.

Namun,permasalahan yang sering terjadi orang tua cenderung sibuk. Menyiasati hal itu, Mayke mengajurkan kepada orang tua untuk menyediakan waktu untuk bermain singkat dengan anak.

"Misalnya dengan permainan memori yang mungkin hanya membutuhkan waktu 10 hingga 20 menit, mereka akan sangat menikmati. Dengan begitu aktivitas anak yang cenderung negatif karena meminta perhatian orang tua akan cenderung berubah," terangnya.

Jenis permainan juga menjadi pertimbangan. Dia menunjuk permainan game yang sedang marak. Menurutnya, permainan elektronik atau virtual boleh saja namun hanya sebagai variasi saja.

"Karena anak butuh variasi namun jika sudah terfokus pada permainan saja itu buruk," tegasnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, pada permainan virtual anak tidak bisa melihat secara sesungguhnya. Tidak ada ekspresi dan emosi yang dikeluarkan.

"Permainan harus lebih ke tatap muka bukan virtual. Sesekali boleh boleh tapi harus ada variasi dimana anak-anak melakukan sesuatu yang sesungguhnya," ujarnya.

Mayke sempat mengungkapkan kekhawatirannya, bila semua permainan anak serba vitual. Misalnya, anak tidak akan mengetahui bagaimana bermain puzzle. Kemudian, anak tidak bisa mengerakan tangan karena terbiasa menggunakan mouse dan dampak buruk lainnya.

Mayke menyarankan, orangtua sebaiknya memberikan permainan yang bersifat dua arah. Sehingga fisik dan emosi anak akan berkembang optimal. "Orang tua harus bolehkan anak bermain. Sangat jarang orang tua yang bertanya kepada anaknya "apakah sudah bermain," tuturnya.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Belajar Matematika Bisa Menyenangkan

Bagi sebagian anak, pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sesuatu yang menakutkan. Hal itu dapat mempengaruhi minat anak untuk mengeksplorasi mata pelajaran yang sangat bermanfaat mengembangkan daya analitis.

Meskipun setiap anak memiliki minat yang berbeda-beda namun alangkah baiknya jika orang tua secara kreatif mengarahkan agar anak tidak terlarut dalam ketakutan berlebih terhadap matematika dan IPA.

"Masalahnya lebih kepada cara orang tua mengarahkan anak agar matematika tidak menakutkan," ujar Presiden Direktur Mathematics Education clinic sekaligus Ketua Dewan Juri Olimpiade Matematika Pentas Kreasi Anak Indonesia (PKAI), Ridwan Saputra kepada Republika Online ketika ditemui dalam konfrensi pers acara PKAI di Jakarta, Rabu (19/11).

Padahal, kata Ridwan, memperkenalkan matematika itu mudah. Dia mencontohkan, orang tua dapat mengenalkan matematika dengan media permainan.

"Misalnya tambah-kurang,kali-bagi dapat disesuaikan dengan cerita kehidupan," katanya.

Dia mencontohkan, ketika memasuki parki maka orangtua dapat mengajak anak menghitung jumlah mobil yang keluar dan masuk dengan menggunakan kalimat masuk yang diartikan bertambah dan pergi yang bearti berkurang.

Dia sendiri, kurang menyetujui pelajaran matematika di sekolah-sekolah yang hanya mengajarkan berhitung bukan berpikir.

Dalam kesempatan tersebut, Ridwan juga mengungkap cara mengatasi masalah rasa malas yang sering menghinggapi anak saat mempelajari matematika.

"Kemalasan anak mempelajari matematika dapat ditanggulangi orang tua dan guru dengan membawa anak ke arah berpikir terlebih dahulu. Yang lebih mudah sekali lagi, menghubungkan matematika dengan kehidupan dan permainan," tuturnya.

Ridwan memberikan tips untuk membuat anak dengan mudah mempelajari matematika." Ajak anak mencintai matematika, belajar yang rutin, guru yang mengajari juga harus benar, dan bermain" ungkapnya.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

eLanguages, Belajar Sambil Membangun Jejaring

Proses belajar mengajar bahasa Inggris antara guru dan murid di dalam kelas barangkali hal biasa tetapi belajar bersama bahasa Inggris secara online bersama guru dan siswa di luar negeri adalah sesuatu yang baru. Wadah kerja sama antar guru secara online atau eLanguages ini dikembangkan oleh British Council dan Rages Ltd pada 50 sekolah Islam yang tersebar di tujuh provinsi se Indonesia.

Melalui program pembelajaran eLanguages, sekolah-sekolah tersebut didorong untuk membangun jejaring antar sekolah dari dalam dan luar negeri. Program ini memancing kreativitas para guru untuk menerapkan penggunaan bahasa Inggris melalui kegiatan virtual di internet. "Guru dan siswa bisa bertukar silabus dan hasil kegiatan dengan guru dan siswa dari sekolah lain, baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Project Officer School Link British Council, Leliana Setiono, Selasa (18/11) di Surabaya.

Dalam pelatihan eLanguages di SMA Khadijah Surabaya diperlihatkan sebuah proyek, yaitu rangkaian kegiatan sekolah yang melibatkan pembelajaran anak-anak di kelas untuk berkolaborasi dengan sekolah di luar negeri melalui fasilitas video conference. Salah satu proyek memperlihatkan siswa Indonesia yang memainkan lagu dengan alat musik kolintang sementara siswa di luar negeri menyaksikan permainan mereka.

Menurut Leliana, keuntungan dari metode pembelajaran ini adalah siswa mampu menampilkan hasil karya mereka secara online. Selain itu, mereka juga dapat belajar dari sumber tambahan yang otentik.

"Anak-anak dapat berhubungan langsung sambil belajar dengan sesama siswa lain di luar negeri. Wawasan mereka semakin diperluas karena mereka melihat secara langsung aktivitas di luar," ucap Leliana.

Praktisi Schooling Stien Matakupan mengatakan, pembelajaran online akan menumbuhkan kesadaran budaya bagi murid, kemampuan berbahasa, serta ketrampilan pemanfaatan teknologi informasi. "Dengan metode ini, rata-rata anak antusias karena menemukan sesuatu baru, mudah mengingat isi pembelajaran, sadar budaya, serta menghormati pendapat orang lain," ucapnya.

Selama bulan November 2008 hingga Maret 2009, British Council mengadakan pelatihan bagi 50 sekolah Islam dalam Islamic School Support Network (ISSN). Pelatihan tersebut melibatkan sekolah dari berbagai daerah, mulai Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Jawa Timur.

Pembelajaran ini meretas batas ruang dan waktu sehingga siswa dapat menatap langsung sekaligus berkomunikasi dua arah dengan temen-teman mereka di manapun. "Jika sekadar membaca dan mendengar, anak tak akan tahu secara pasti apa yang ia pahami tapi melalui pembelajaran ini wawasan mereka lebih diperkaya," tambah pengajar SMA Khadijah Surabaya Lisa Hadijah.kompas.com

[+/-] Selengkapnya...

Masalah Belajar ? Apa yang Harus Dilakukan ?

Ketika musim sekolah telah berjalan, timbul beberapa kesulitan dan masalah - yang tanpa sadar merupakan dampak dari tertinggalnya nilai "plus" di sekolah.
1.Problem belajar
2.Problem motivasi
3.Problem perilaku
4.Problem emosional
5.Problem sosial
6.Problem nilai
klik disini untuk unduh isi artikel..

[+/-] Selengkapnya...

Belajar Bahasa Jepang ?

santai : Sangking ngga ada topik buat ditulis, iseng-iseng berbagi ilmu dan pengalaman...

Cukup banyak saya bertemu orang, entah itu di dunia maya atau di kehidupan nyata(terutama mahasiswa sastra jepang Unsada 07, wuakaka senior neh ceritanya...), yang menanyakan "gimana sih caranya belajar Bahasa Jepang?".

Yah memang, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang tergolong rumit. Yang membuat rumit adalah tulisannya, yang mana ada tiga jenis aksara, dan juga adanya konjugasi kata kerja. Kalau teman-teman sekalian memang ingin belajar bahasa Jepang, kita lupakan saja dulu masalah-masalah tersebut. Let's have fun, dibawa seneng aja.

Setelah lumayan lama berkecimpung di bahasa Jepang, walaupun masih sangat jauh dari cukup. Saya menemukan suatu metode belajar yang lumayan oke. Pertama, dalam belajar bahasa Jepang, persiapan yang perlu dilakukan adalah memperbanyak kosa kata, hal ini sangat penting untuk kemudian hari. Gimana mau spik Nippon kalau kosa katanya aja ngga tau? Caranya, sering-sering aja liat kamus Jepang, atau mungkin kamus terlalu berat? Well, ada banyak alternatif lain. Misalnya nonton dorama Jepang, anime mungkin, atau dari game. Dan selagi belajar kosa kata, mulailah mengenal tulisannya. Cukup iseng-iseng aja nulis karakter-karekter hiragana dan katakana. Dosen saya pernah bilang, tulisan hiragana, katakana dan kanji itu yang hafal bukan otak, tapi tangan.

Sedikit cerita, ada teman saya, sebelum kuliah, dia sudah duluan mempelajari bahasa Jepang, otodidak lho! Terus ikut kursus cuma buat dapet sertifikat doang. Menurut dia pengaruh terbesar dari progress bahasa Jepangnya adalah berkat menonton dorama. Dia belajar banyak dari dorama, mulai dari kosa kata, nada bicara, dan lain-lain. Dan hasilnya, dia jadi mahasiswi "ter-canggih" di angkatan 07.

Well, the point is, dalam belajar bahasa Jepang, yang terpenting menurut saya adalah memperbanyak kosa kata dulu, karena dalam tata bahasanya kita cukup menambah partikel saja. Jadi setelah panjang lebar ngga jelas, kira-kira tahapannya seperti ini:

1. Perbanyak kosa kata anda
2. Sering-seringlah nonton dorama, anime, atau main game yang berbahasa Jepang, eroge juga boleh hehehe, dianjurkan malah, karena banyak kata-katanya.
3. Sambil belajar kosa kata, sekalian iseng-iseng belajar tulisannya, cukup hiragana dan katakana saja dulu.
4. Dan niscaya, ketika memasuki pelajaran tata bahasa, anda tidak menemukan kesulitan yang terlalu berarti.my.opera.com

[+/-] Selengkapnya...

Emosi dan Motif

Selama ini kajian-kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi, sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk perilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkstkan hasil belajar.Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvesional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, dan berperan dalam menghidupkan perkembangan serta penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan.

Pengertian Emosi

Definisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda-beda, antara lain sebagai berikut :

William James (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

Goleman, 1999 (dalam DR. Nyayu Khodijah) mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak..

Kleinginna & Kleinginna (dalam DR. Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang berbeda tentang emosi., Namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.

Teori-Teori Emosi

Walgito, 1997 (dalam DR. Nyayu Khodijah), mengemukakan tiga teori emosi, yaitu :

Teori Sentral,

Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya : orang menangis karena merasa sedih

Teori Periferal

Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.

Teori Kepribadian

Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.

Fungsi Emosi

Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk Survival atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan Messenger atau pembawa pesan (Martin dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006)

Survival, yaitu sebagai sarana untuk mempertahankan hidup. Emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membeda dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan. Adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain.

Energizer, yaitu sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun, emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.Contohnya : perasaan sedih dan benci.

Messenger, yaitu sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar kita ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang bersedih merasa bahwa kita bersikap empati terhadapnya.

Jenis dan Pengelompokkan Emosi

Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu

Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.

Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.

e. Pengaruh Emosi pada belajar

Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar (Meier dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006). Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik, sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Oleh karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan dengan penciptaan kegembiraan belajar. Menurut Meier, 2002 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006) kegembiraan belajar seringkali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan bukan berarti menciptakan suasana kelas yang ribut dan penuh hura-hura. Akan tetapi, kegembiraan berarti bangkitnya pemahaman dan nilai yang membahagiakan pada diri si pembelajar. Selain itu, dapat juga dilakukan pengembangan kecerdasan emosi pada siswa. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain.

2. MOTIF

a. Pengertian Motif

Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.

Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Macam-Macam Motif

Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.

Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.

Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.

b. Kekuatan Motif

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.

c. Konflik Motif

Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa kadang-kadang orang menghadapi beberapa macam motif yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Misalnya pada suatu waktu seseorang mempunyai motif untuk belajar, tetapi juga mempunyai motif untuk melihat film. Dengan keadaan demikian maka akan terjadi pertentangan atau konflik dalam diri orang tersebut antara motif yang satu dengan motif yang lain. Jadi, konflik motif akan terjadi bila adanya beberapa tujuan yang ingin dicapai sekaligus secara bersamaan. Ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil bila individu menghadapi bermacam-macam motif, yaitu :

Pemilihan atau Penolakan

Dalam menghadapi bemacam-macam motif individu dapat mengambil pemilihan yang tegas. Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi dimana individu harus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi

Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam objek atau situasi, adanya kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat Kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam objek tersebut. Tetapi, tidak semua objek atau situasi dapat diambil respon atau keputusan kompromi. Dalam hal yang akhir ini individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

Meragu-ragukan (bimbang)

Jika individu diharuskan mengadakan pemilihan atau penolakan diantara dua objek atau hal yang buruk atau baik, maka sering timbul kebimbangan pada individu. Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek mempunyai nilai-nilai positif ataupun negatif, kedua-duanya mempunyai sifat atau segi yang menguntungkan tetapi juga mempunyai segi yang merugikan.

Kebimbangan umumnya tidak menyenangkan bagi individu dan kadang-kadang menimbulkan perasaan yang mengacaukan hingga keadaan psikis, sehingga individu mengalami hambatan-hambatan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara individu mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan melakukan pemeriksaan dengan teliti terhadap segala aspek dari objek tersebut.

e. Peran Motivasi dalam mencapai keberhasilan Belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam penumbuhan gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Dengan demikian motivasi memiliki peran strategis dalam belajar, baik pada saat memulai belajar, saat sedang belajar maupun saat berakhirnya belajar. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktifitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-Prinsip tersebut adalah :

Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
Motivasi intrinsic lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam belajar
Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
(sumber : psb-psma.org)

[+/-] Selengkapnya...

Memupuk Kejujuran Anak-Anak Sejak Dini

Memupuk kejujuran anak-anak sejak dini bakal menuai keluhuran budi pekerti. Contohnya, Sekolah Dasar Great Crystal International School (GCIS) yang membuka kantin kejujuran (honesty canteen). Kantin sekolah di Jalan Raya Darmo Permai itu membiarkan anak-anak membeli, membayar, dan mengambil uang kembalian saat jajan.

Kepala sekolah GCIS Kristianawati mengatakan, kantin tersebut sengaja dibuat untuk melatih kejujuran siswa. Praktik seperti itu merupakan aplikasi pelajaran budi pekerti. "Kami ingin melatih kejujuran sejak anak usia dini," katanya kemarin (8/11).

Di kantin kejujuran tersebut, siswa membeli makanan dan minuman tanpa dilayani pelayan dan kasir. Hanya ada dua toples yang berfungsi sebagai tempat meletakkan uang dan mengambil kembalian. Dalam kantin itu, ada meja berukuran besar. Makanan dan minuman tertata berjajar di atasnya, lengkap dengan tulisan harga masing-masing.

"Selain melatih kejujuran, kantin ini bisa menjadi tempat berlatih menghitung," ujar Kristianawati. Saraf motorik siswa dilatih dengan menghitung berapa yang harus dibayar dan berapa kembaliannya.

Kantin kejujuran berdiri pada Juni lalu. Pada dua bulan pertama, masih ditemukan selisih antara pembayaran dan uang kembalian. Namun, kata dia, menginjak bulan ketiga dan keempat, sudah tidak ada selisih lagi.

Karena itu, setiap hari sekolah memberikan nasihat tentang arti penting kejujuran. Banyak juga siswa yang salah menghitung uang kembalian. Sekolah pun terpaksa tekor untuk mengganti. "Setelah empat bulan, hal seperti itu ternyata tidak terjadi lagi," tuturnya(sumber : www.jawapos.com).

[+/-] Selengkapnya...

E-Learning Belum Bisa Gantikan Sistem Kelas ???

SURABAYA--MI: E-learning atau pembelajaran virtual masih sebatas kebutuhan sekunder semata, sehingga belum mampu menggantikan sistem kelas seutuhnya.

"Di Jepang, e-learning hanya berupa alat bantu bagi dosen dan mahasiswa, sehingga belum dapat menggantikan sistem kelas biasa," kata staf pengajar dari Kumamoto University Jepang, Prof.Toshihiro Kita di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, e-learning tidak bertujuan mengganti sistem kelas, tapi hanya semacam alat tambahan untuk menyampaikan materi.

Pihaknya mengaku telah melakukan riset mengenai e-learning di universitas, namun tren ini dianggap masih bertahan di era selanjutnya. Bahkan meskipun berbagai model e-learning telah banyak dikembangkan, namun pembelajaran melalui kelas masih dianggap yang terbaik.

Di universitas Kumamoto sendiri, katanya, baru sekitar sepuluh persen dari jumlah pengajarnya yang sudah memanfaatkan konsep ini. Namun jumlah ini tidak menunjukkan rendahnya penggunaan kelas virtual di kampusnya.

Bagaimana pun, ujarnya, penggunaan e-learning di tingkat mahasiswa dirasakan sangat perlu. "Nanti akan terjadi timbal balik. Jika mahasiswa banyak yang menggunakan e-learning, para dosen juga akan terdorong untuk memakainya," katanya.

Sementara itu, staf pengajar Teknik Elektro ITS, Prof.Dr.Ir Achmad Jazidie M.Eng berharap agar e-learning ini segera dapat diterapkan di ITS. Namun sebelum penerapan secara global, ITS harus menyiapkan satu badan khusus yang akan mengelola e-learning ini.

Menurut dia, hal ini tidak sulit dilakukan mengingat ITS sudah mempunyai P3AI (Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional). "Sekarang P3AI ini yang bertanggung jawab untuk learning process, mungkin e-learning ini kelak masuk di bawahnya," katanya. (Ant/OL-03) (sumber : www.mediaindonesia.com).

Lantas bagaimana pendapat anda ?

[+/-] Selengkapnya...

7 Langkah Mudah Membuat Multimedia Pembelajaran

Apa saja 7 langkah mudah mengembangkan multimedia pembelajaran itu? Penjelasan lengkap ada di bawah.

1. TENTUKAN JENIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar (presentasi) ke siswa atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang siswa alias untuk belajar mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada dua:

1. Multimedia Presentasi Pembelajaran: Alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Berupa pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa. Dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti: OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb.
2. Multimedia Pembelajaran Mandiri: Software pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri alias tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge (pengetahuan tertulis yang ada di buku, artikel, dsb) dan tacit knowledge (know how, rule of thumb, pengalaman guru). Tentu karena menggantikan guru, harus ada fitur assesment untuk latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Untuk level yang kompleks dapat menggunakan software semacam Macromedia Authorware atau Adobe Flash. Sayangnya saya masih belum bisa nemukan yang selevel dengan itu untuk opensource-nya. Kita juga bisa menggunakan software yang mudah seperti OpenOffice Impress atau Microsoft PowerPoint, asal kita mau jeli dan cerdas memanfaatkan berbagai efek animasi dan fitur yang ada di kedua software terebut.

2. TENTUKAN TEMA MATERI AJAR

Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jangan terjebak ke memindahkan buku ke media digital, karena ini malah mempersulit siswa. Ketika guru biologi ingin menggambarkan sebuah jenis tumbuhan supaya bisa dipahami siswa, dan itu sulit ternyata dilakukan (karena guru tidak bisa nggambar di komputer, dsb), maka ya jangan dilakukan ;) Alangkah lebih baik apabila pohon tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam sertifikasi guru, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.

3. SUSUN ALUR CERITA (STORYBOARD)

Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang kita kuasai, tidak perlu muluk-muluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. Untuk storyboard sederhana, saya berikan contoh karya pak ismudji dari SMA Bontang, Kaltim (ismudji-storyboard.pdf).

4. MULAI BUAT SEKARANG JUGA!

Jangan menunda atau mengulur waktu lagi, buat sekarang juga! Siapkan Openoffice Impress atau Microsoft PowerPoint anda. Mulai buat slide pertama, isikan bahan ajar yang ingin anda multimedia-kan. Terus masukkan bahan ajar anda di slide slide berikutnya, mulai mainkan image, link dengan gambar, suara dan video yang bisa kita peroleh dengan gampang di Internet. Bisa juga memanfaatkan situs howstuffworks.com untuk mencari ide :) Jangan lupa juga bahwa banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang berkualitas tinggi. Gambar disamping saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru SMAN 1 Kaimana Papua Barat yang dibuat dengan tool sederhana, bisa mendapatkan skor signifikan di lomba dikmenum tahun 2007. Kuncinya adalah tekun, sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara instan, semua melewati proses panjang.

5. GUNAKAN TEKNIK ATM


Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Usahakan sering melihat contoh-contoh yang sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia secara default. Apabila masih kurang puas:

* Cari dari berbagai sumber
* Buat sendiri apabila mampu

Saya berikan contoh bagaimana perdjoeangan mas Heru Suseno, guru fisika dari SMA Negeri 2 Madiun. Mas Heru ini dengan seriusnya menerapkan ATM dengan mencoba meniru tampilan Microsoft Encarta di tahun 2006. Tahun 2007 beliau sudah berhasil memperbaiki dan memodifikasi karya untuk selevel Encarta, tapi sudah tidak nyontek Encarta lagi :)

6. TETAPKAN TARGET


Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau deadline jadwal mengajar di kelas. Target perlu supaya proses belajar membuat multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara kontinyu alias tidak putus di tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini saya lihat mulai marak menyelenggarakan berbagai event lomba di tingkat lokal.

* Teacher Innovation (Microsoft): Sekitar Mei
* Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (Dikmenum): Sekitar Oktober
* eLearning Award (Pustekkom): Sekitar September
* Game Technology Competition (BPKLN): Setahun 3-4 kali di berbagai universitas
* dsb

7. INGAT TERUS TIGA RESEP DARI SUCCESS STORY


Dari pengalaman menjadi juri lomba di berbagai event, saya lihat kesuksesan bapak ibu guru dalam mengembangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini:

1. Berani mencoba dan mencoba lagi
2. Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku)
3. Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas

Saya berikan contoh bagaimana pak Joko Triyono, guru kesenian dari SMA prembun berdjoeang sampai akhirnya menikmati banyak penghargaan di berbagai event. Saya ingat benar karya pertama beliau tahun 2005 berformat HTML, masih polos sekali, bahkan beberapa halaman error karena salah link. Kemudian beliau belajar dari awal menggunakan software presentasi dan akhirnya tahun 2007 beliau berhasil menghasilkan produk yang sudah siap jual dalam tema Musik Gamelan. Beliau rekam satu persatu puluhan peralatan gamelan jawa, dan dimasukkan ke multimedia pembelajaran yang beliau buat. Dahsyatnya kita bisa nanggap wayang tanpa gamelan dan gending asli, cukup dengan software itu saja, asal dimainkan banyak orang dengan masing-masing memilih satu jenis gamelan.

Tentu tidak ada kata mudah dalam berdjoeang, paling tidak 7 hal diatas adalah langkah yang cukup mudah ditempuh dan pada kenyataannya banyak yang berhasil berkarya karena tekun dan pantang menyerah mengulang-ulang 7 hal itu.

Bagi bapak dan ibu guru, selamat berdjoeang!(sumber : romisatriawahono.net)

[+/-] Selengkapnya...

Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

* Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran
* Reliable (handal)
* Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah)
* Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya)
* Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan
* Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai
hardware dan software yang ada)
* Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi
* Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi
(jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif),
desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program)
* Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan
kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain)

Aspek Desain Pembelajaran


* Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)
* Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
* Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
* Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
* Interaktivitas
* Pemberian motivasi belajar
* Kontekstualitas dan aktualitas
* Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar
* Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
* Kedalaman materi
* Kemudahan untuk dipahami
* Sistematis, runut, alur logika jelas
* Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan
* Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran
* Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi
* Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

Aspek Komunikasi Visual


* Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan
sasaran
* Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan
* Sederhana dan memikat
* Audio (narasi, sound effect, backsound,musik)
* Visual (layout design, typography, warna)
* Media bergerak (animasi, movie)
* Layout Interactive (ikon navigasi)
(sumber : romisatriawahono.net)

[+/-] Selengkapnya...

Guru Perlu Kreatif untuk Meredakan Kebosanan

Cukup banyak guru-guru mengatakan merasa capek atau lesu apabila harus segera masuk kelas untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam pengontrolan absensi, hampir setiap hari ada surat-surat guru yang datang mengabarkan halangan mereka untuk tidak datang ke sekolah.

Pada umumnya alasan serius atau alasan berpura-pura guru dalam suratnya sehingga berhalangan untuk tidak hadir di sekolah karena sakit. Sering alasan lain adalah untuk memohon izin karena ada urusan keluarga yang sangat mendesak. Kalau kita fikirkan siapakah orang di dunia yang luput dari urusan keluarga. Tetapi rasanya tidak logis kalau seorang guru sempat dalam satu bulan membuat alasan sepele dan berhalangan untuk mengajar sebanyak sekian kali. Dan alasan sepele ini cukup banyak dilakukan oleh guru-guru.

Dapat dikatakan, buat sementara, bahwa keabsenan guru-guru dari sekolah alasan, berpura-pura dalam alasan, karena rasa tersandung oleh bosan selama proses belajar mengajar. Kemalasan guru-guru yang lain sering terekspresi dalam bentuk kelesuan setiap kali harus menaikkan kewajiban dalam PBM. Meskipun bel tanda masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu namun masih banyak guru-guru yang ingin menyelesaikan gosip-gosip ringan sesama guru. Malah ada sebagian guru ada yang sengaja hilir-mudik atau berpura kasak-kusuk dalam mencari sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Sampai akhirnya selalu terlambat tiba di kelas dan kemudian sengaja pula agak cepat untuk meninggalkan kelas.

Kebosanan dalam PBM disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari guru dan faktor yang berasal dari murid.

Pengabaian kedua faktor ini akan menyebabkan masalah dalam PBM tidak teratasi. Untuk memuluskan PBM maka kedua faktor ini harus dipahami dan diatasi.

Rata-rata guru merasa enggan untuk memasuki kelas-kelas dengan siswa mempunyai daya serap rendah atau bodoh. Gairah mengajar guru untuk mengajar kerap kali terpancing karena di dalam kelas ada beberapa orang siswa yang cukup pintar.

Namun sejak keberadaan kelas unggul di setiap sekolah maka siswa-siswa yang memiliki daya serap tinggi terkonsentrasi ke dalam satu kelas saja. Maka gairah guru untuk melaksanakan PBM hanya lebih tertuju untuk kelas unggul.

Sedangkan untuk kelas-kelas non unggul yang jumlahnya cukup banyak dengan kemampuan siswa rendah terpaksa dimasuki oleh guru dengan rasa lesu dan letih. Tentu tidak semua guru yang menunjukkan gejala yang demikian.

Pada umumnya penyebab melempemnya daya serap siswa di sekolah adalah karena mereka tidak terbiasa dengan budaya membaca sehingga mereka lambat dalam menganalisa.

Kebiasaan dalam belajar cuma menghafal melulu. Dapat diamati bahwa siswa yang telah terbiasa dalam budaya membaca tidak mengalami kesulitan dalam PBM.

Tidak banyak siswa yang terbiasa dengan budaya membaca sehingga akibatnya adalah tidak banyak pula siswa yang memiliki daya serap tinggi. Daya serap yang tinggi selain disebabkan oleh faktor IQ juga ditentukan oleh pelaksanaan agenda kehidupan atau pemanfaatan waktu. Seringkali orang tua yang ikut campur dalam masalah waktu anak dan gemar “mencikaraui” anak akan menjadikan anaknya sebagai siswa yang memiliki daya serap tinggi di sekolah.

Faktor yang datang dari guru cukup bervariasi. Dulu menjadi guru memang serba dihormati dan tentu saja menyenangkan. Tetapi belakangan ini, bahkan terlalu banyak korban perasaan apalagi semenjak remaja banyak mengalami emosi moral.

Karena terus terang saja, siswa-siswanya terdiri dari anak-anak yang kebanyakan tidak diwarisi nilai agama yang mantap oleh orang tua. Ada juga siswa yang merupakan anak-anak pejabat yang kaya-kaya dan anak orang berada sedangkan guru-gurunya miskin.

Faktor yang menyebabkan guru merasa bosan dalam PBM mungkin karena kelelahan. Barangkali ia memiliki jumlah jam yang terlalu banyak.

Walau pada sekolah pengabdiannya hanya mengajar beberapa jam saja, tetapi karena tuntutan hidup ia menjadi guru sukarela pula pada suatu atau dua sekolah lain. Atau bisa jadi karena kelelahan fisik setelah menjadi guru selama puluhan tahun. Sering kita lihat para guru-guru tua yang belum sudi untuk pensiun merasa segan untuk melakukan PBM.

Secara mayoritas guru kelihatan kurang termotivasi untuk meningkatkan kualitas dirinya. Mereka tidak banyak membaca, walaupun sebatas membaca koran dan majalah, sehingga jadilah ilmu pengetahuan mereka sempit dan dangkal. Kebanyakan guru-guru sehabis mengajar ya habis begitu saja. Begitulah kegiatan rutin mereka hari demi hari sampai akhirnya rasa bosan menyelinap ke dalam fikiran.

Ada guru yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup luas dan cukup hangat dalam bergaul bersama siswa. Namun juga sering mengeluh bosan untuk melakukan PBM sehingga mengajar secara serampangan dengan metode kuno sepanjang hari. Guru yang seperti ini sebaiknya harus segera melakukan introspeksi diri dan kemudian memutuskan apakah karir sebagai guru cocok baginya atau tidak. Tetapi pada umumnya mereka tetap bertahan mengajar dalam kebosanan karena tidak mampu mencari pekerjaan jenis lain yang cocok bagi diri, maklum banyak orang terserang sindrom pegawai negeri dengan alasan jaminan untuk hari tua.

Setiap guru banyak terdengar keluhan guru-guru. Ada yang mengeluhkan badan kurang enak karena sakit kepala, sakit gigi, perut terasa kembung atau badan terasa pegal-pegal dimana ini semua adalah kompensasi dari bentuk rasa bosan. Mereka bosan untuk menunaikan tanggung jawab. Dan penyebab lain dari rasa bosan ini adalah karena umumnya guru-guru kurang kreatif sehingga mereka jarang yang menjadi guru profesional.

Memang secara umum guru-guru terlihat kurang kreatif dan sebagian kecil tentu ada yang kreatif. Rata-rata guru menerapkan peranan tradisional dalam mengajar. Mereka masih berfilsafat bahwa guru masih sebagai sumber ilmu dan dalam penguasaan ilmu siswa harus menyalin catatan guru dan menghafalkannya tanpa melupakan titik dan komanya sekalipun. Penanganan masalah yang ditemui selama PBM pun juga secara tradisional. Kalau murid bersalah musti diberi nasehat dan kebanyakan sistem pemberian nasehat dalam bentuk komunikasi satu arah, dimana yang sering terlihat ketika guru bertutur kata adalah siswa menekur atau tidak boleh menjawab. Tetapi sekarang entah guru-guru banyak yang tidak bertuah dalam bertutur kata karena kesempitan ilmu dan wawasannya atau karena penghargaan murid semakin berkurang karena kurang diwarisi nilai agama oleh orang tua maka sekarang seakan melebar jurang dalam komunikasi.
Kreativitas guru pun terlihat lemah dalam PBM. Presentasi pengajaran sudah terlihat semakin basi karena menggunakan metode itu ke itu juga. Gema hasil mengikuti penataran, apakah dalam bentuk MGMP, sekali sekali dalam bentuk aplikasi. Kecuali yang terlihat adalah setelah guru mengikuti MGMP guru cuma semakin tertib dalam menulis satuan pelajaran tetapi belum bentuk aplikasi.

Di antara guru-guru yang belum lagi mampu memperlihatkan kreativitas, kita juga melihat guru-guru yang kreatif. Meski mengajar banyak, namun karena kreatif mereka tetap tampak ceria dan segar dalam mengajar.

Kreatifitas seseorang, juga guru, sangat ditentukan oleh keleluasaan dan kedalaman pengetahuan dan wawasan. Oleh sebab itu menjadi guru ideal haruslah selalu membiasakan untuk membelajarkan diri. Adalah sangat tepat bila seorang guru selain memahami bidang studinya juga mendalami pengetahuan umum lainnya sebagai khazanah dirinya. Guru yang luas wawasan dan ilmu pengetahuannya akan tidak pernah kehabisan bahan dalam proses belajar mengajar. Kalau sekarang ada ungkapan yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni, maka mustahillah guru yang kering akan ilmu dan sempit wawasan dapat mengaplikasikannya sebagi seni.

Mengikuti program penyegaran dalam bentuk kegiatan penataran, musyawarah kerja, dan program peningkatan kualitas lain sungguh tepat. Sayang selama ini terlihat kegiatan-kegiatan penyegaran yang ada belum dikemas secara profesional. Dengan arti kata selama mengikuti program penyegaran, guru-guru hanya terlihat secara pasif dan paling kurang bertindak sebagai pendengar abadi. Itulah dampaknya setiap kali seorang guru selesai mengikuti MGMP dan penataran lain, misalnya, seolah-olah tidak membawa perubahan dalam proses belajar mengajar. Terasa seakan-akan apa yang diperoleh selama mengikuti penataran-penataran digambarkan dengan ungkapan “masuk telinga kiri keluar telinga kanan saja.”

Melatih diri untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dalam bentuk berpidato atau berceramah untuk masyarakat dan menyempatkan diri untuk menulis artikel-artikel adalah bentuk lain dari pengembangan kreativitas guru.

Mendalami psikologi remaja sehingga guru dapat memahami meningkatkan kreativitas guru dalam bertindak. Rata-rata guru yang kreatif adalah guru yang kaya akan ide-ide dan menerapkan bentuk nyata. Dalam realita tampak bahwa kreativitas dapat mengatasi rasa bosan. (sumber : http://www.wikimu.com ; Marjohan, Guru SMA Negeri 3 Batusangkar)

[+/-] Selengkapnya...

KU Kenalkan E-learning sebagai Media Pembelajaran

Pembelajaran dengan E-learning semakin dibutuhkan. Sistem tersebut mulai diterapkan di beberapa perguruan tinggi di dunia termasuk Kumamoto University (KU). Sistem pembelajaran inilah yang diperkenalkan KU dalam The 6th Kumamoto University Forum, Rabu (5/11). Tampil dua pembicara sekaligus, yakni Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng dari ITS dan Prof Toshihiro Kita perwakilan dari Institute for E-learning Development, KU. Keduanya membahas metode pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan.

Gedung Pasca Sarjana, ITS Online - Seminar Internasional Kumamoto University yang digelar di Gedung Pasca Sarjana ITS ini diawali dengan pemaparan E-learning sebagai media pembelajaran. Prof Toshihiro Kita pada presentasinya menjelaskan bahwa pembelajaran virtual hanya sebatas membantu memudahkan proses pembelajaran. "Di Jepang proses E-learning hanya sebagai alat bantu untuk dosen dan mahasiswa," terang pria yang akrab disapa Kita ini.

Kita menambahkan, pada kenyataanya model E-learning masih belum bisa menggantikan proses pembelajaran konvensional di kelas. "Bahkan menurut saya pembelajaran di kelas masih merupakan metode terbaik," tandasnya. Metode ini hanya sebagai semacam alat tambahan untuk menyampaikan materi. Namun ke depannya metode ini akan terus dikembangkan dan mungkin tetap bertahan di era selanjutnya.

Dalam penerapan E-Learning, KU menggunakan sistem manajemen yang disebut Learning Management Systems (LMS). LMS lazim digunakan perguruan tinggi berbasis Intranet dan Internet. Secara umum, terdapat 2 macam LMS yang sering digunakan dalam E-learning yaitu LMS komersial seperti WebCT dan Blackboard, dan LMS Open Source. Dari kedua tipe LMS tersebut, LMS Open Source adalah yang terbaik.

Di Univesitas Kumamoto sendiri, menurut Kita tidak banyak staff pengajar yang menggunakan Open Source." Mungkin hanya sekitar 10 persen dari pengajar yang memanfaatkan konsep E-learning," terang Kita. Tetapi, Kita menambahkan bahwa angka tersebut tidak menunjukan rendahnya penggunaan E-learning di kampus kumamoto.

Sementara itu, Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng berharap agar konsep ini segera dapat diterapakan di ITS. Untuk itu dibutuhkan suatu badan khusus yang akan mengelola E-learning. "Hal ini mungkin tidak akan sulit diterapkan karena sudah adanya P3AI (Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional, red) di ITS," ujarnya. Menurutnya, badan khusus tersebut akan berada di bawah P3AI yang selama ini bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran.

Selain diskusi tentang E-learning, Kumamoto University Forum kali ini juga memberikan kesempatan kepada peneliti muda untuk memaparkan karyanya. Salah satu perwakilan ITS yang lolos adalah Yohanes Oscarino yang mempresentasikan papernya pada sesi Young Researchers. Paper Yohanes sendiri mengambil judul Hybrid Multipe Attribute Decision Making yang ia persiapkan selama satu semester. "Metode ini banyak manfaatnya untuk pembangunan industri perkapalan," ungkap mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ini.

Lain hal dengan Makoto Kagabu mahasiswa Graduate School of Science and Technology, KU. Dalam menyelesaikan papernya, timnya melakukan riset di Bandung selama 45 hari. Makoto mengevaluasi usia dari air tanah pada area Jakarta dan banyak mendapatkan data dari Pusat Geoteknologi LIPI. "saya sangat berterimakasih kepada LIPI yang telah banyak membantu," terang pria Jepang berusia 23 tahun ini. (sumber : http://its.ac.id)(fn/m1/mtb)

[+/-] Selengkapnya...

Pendidikan dengan Ketakukan-Ketakutan

Sebuah ilustrasi di sebuah SD, seorang guru coba memperlihatkan bagaimana efek bensin terhadap makhluk hidup. Dia memasukkan seekor cacing ke dalam gelas berisi air, dan seekor cacing lagi ke dalam gelas berisi bensin. Beberapa lama kemudian cacing di dalam gelas berisi bensin mati, sedangkan cacing yang dalam gelas berisi air tetap hidup. Lantas guru bertanya pada muridnya, apa kesimpulan yang dapat kalian ambil. Seorang murid kreatif lansung menjawab, ‘kalo kita minum bensin, kita tidak akan cacingan’ katanya polos. Tapi sayang gurunya lansung saja meyalahkan. Kreatifitas dan imanjinasi belum apa-apa sudah lansung dibunuh.

Pendidikan yang baik tentulah pendidikan yang didukung oleh suasana pendidikan yang memberikan ruang seluas-luasnya untuk kreatifitas dan inovasi. Pendidikan harus dibebaskan dari ketakutan-ketakutan yang menyelimutinya, sebab pendidikan itu adalah alat untuk membebaskan manusia dari dari kebodohon, kemiskinan dan ketidakpastian. Maka menjadi lucu ketika pendidikan yang seharusnya menjadi alat pembebasan itu justru dirinya sendiri terbelenggu.

Proses belajar mengajar membutuhkan suasana belajar yang enak, tanpa tekanan-tekanan dan ketakutan-ketakuan yang dapat menenggelamkan ide, kreasi, dan inovasi, Situasi belajar, kondisi psikis, kondisi lingkungan, pemilihan waktu, tata letak ruangan, sampai alunan musik pun mempengaruhi seseorang dalam mencerna pelajaran. Diperlukan keseimbangan antara otak kanan yang lebih bersifat analisis, matematis dan rasio dengan otak kiri yang lebih bersifat rasa, psikis dan seni.

Seperti ketika biasanya seoarang anak murid yang bersalah, lantas dia dihukum berdiri di depan kelas sambil memegang telinga dan mengangkat salah satu kakinya. Benarkah ini? Tidakkah ini membuat si murid jadi harus menanggung malu dihadapan teman-temannya? Dan dia sendiri tidak bisa mengikuti pelajaran. Mungkin maksud guru tersebut baik, untuk memberi pelajaran. Tapi bisa jadi bukannya pelajaran yang didapat dari sang guru, namun malah dendam. Syukur-syukur murid lain jadi takut melakukan kesalahan serupa, tapi kalo jadi takutnya kepada guru?

Jangan-jangan pendidikan seperti inilah yang membentuk masyarakat kita. Seperti yang biasa kita lakukan dalam mematuhi peraturan lalu lintas. Yaitu bukan karena kesadaran bahwa mematuhi peraturan adalah untuk keselamatan dan ketertiban bersama, tapi karena takut ada polisi. Seperti seseorang yang menerobos lampu lalu lintas saat lampu merah. Ketika dicegat polisi;

’Kenapa kamu menerobos lampu merah?”
‘Saya tidak lihat pak?”
‘Bagaimana mungkin lampu lalu lintas, sebesar dan sejelas itu,tidak kelihatan oleh kamu?’
‘Maksud saya, saya tidak melihat ada Bapak berdiri di sebelah sana?”
????????(sumber:http://aufahadi.wordpress.com)

[+/-] Selengkapnya...

Pendidikan yang tak mengenal lingkungan

Paolo Freire, seorang pakar pendidikan yang mengajar penduduk miskin di daerah Amerika Selatan, mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Proses memanusiakan manusia ini dapat dicapai melalui adanya suatu ‘kesadaran’, sedangkan yang dimaksud dengan kesadaran menurutnya adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti dan memahami realitas di sekitarnya.

Jika kita merujuk ke atas, maka pendidikan menjadi dalam bahaya ketika pendidikan justru membuat kita tidak mengenal persoalan-persoalan di sekitar kita. Menjadi pertanyaan ketika misalnya dalam pelajaran membaca murid SD di seluruh Indonesia yang dikenal adalah nama Budi dan Wati, Wati kakaknya Budi. dsb. Padahal bisa jadi di Irian, di Aceh, di Maluku, dll, tidak ada yang bernama Budi dan Wati. Murid-murid SD dikenalkan bukan kepada apa yang ada di sekitarnya. Murid-murid SD mulai diarahkan untuk tidak berpijak di buminya.

Jika boleh aku meminjam pemikiran Freire sebagai pisau analisa (walaupun dia menggunakan dalam konteks masyarakat Brasil), kasus seperti diatas bukanlah sekedar persoalan belajar membaca, tapi merupakan suatu usaha halus untuk menjauhkan seseorang dari lingkungan. Suatu grand design agar orang-orang tidak tahu bahwa ada persoalan disekitarnya. Seseorang dipintarkan untuk suatu hal, tetapi terjadi pembodohan untuk hal yang lain. Orang-orang dicerahkan pada satu sisi, tetapi dibutakan untuk sisi-sisi yang lain. Maka jangan heranlah bila di lingkungan pejabat negara, dikantor-kantor birokrasi ,di perusahaan-perusahaan, bahkan di dunia pendidikan itu sendiri, banyak orang pintarnya. Tapi justru disanalah sering diproduksi ketidakadilan.

Pendidikan Menjadi Alat Kepentingan

Pendidikan juga akan menjadi kehilangan fungsi pencerahannya bila mana dominasi kepentingan berbagai pihak demikian kuatnya. Tidak heran sekolah atau kampus berubah fungsi menjadi seperti pabrik-pabrik yang bekerja secara sistematis dalam memprodukasi lulusannya. Murid atau mahasiswa termekanisasi ke dalam system yang bergerak diluar kekuasaannya, bahkan mungkin dosennya. Ibarat bahan baku yang diolah menjadi bahan jadi lalu kemudian di lempar ke pasar industri. Bahan baku ini dirancang dan diolah sebagaimana trend atau kebutuhan pasar. Pasar membutuhkan apa? Nah itulah yang harus kita pelajari.

Apa yang akan kita pelajari bukan memang apa yang mau kita pelajari. Tapi apa yang orang lain (industri/ pasar/ politik/ bisnis/ dan segala kepentingan lainnya) mau kita balajar apa. Kita tidak merdeka dengan pilihan-pilihan kita sendiri.(sumber: aufahadi.wordpress.com)

[+/-] Selengkapnya...

Diantara Masalah Pendidikan Indonesia

Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

1 EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanak pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dinaggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunya kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

2 EFISIENSI PENGAJARAN DI INDONESIA

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.

Jika kita berbiara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kami lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, Karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.

Selain itu, masalah lain efisienfi pengajarn yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.

Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.

Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

3 STANDARDISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.

Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

Tinjauan terhadap sandardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.

Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.

Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.(sumber:http://sayapbarat.wordpress.com)

[+/-] Selengkapnya...

Tujuan Sekolah Internasional yang Belum Tepat Sasaran

Sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang menerapkan sistem pendidikannya berdasarkan sekolah-sekolah yang berada di luar negeri. Sistem pendidikan luar negeri memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sistem pendidikan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Penerapan sistem pendidikan luar negeri ini memiliki banyak keuntungan yang lebih seperti tumpuan dan perkembangan pembelajaran siswa tergantung pada niat siswa itu sendiri serta diarahkan oleh guru agar tidak melenceng pada tujuan pembelajaran yang sebenarnya. Guru haruslah memiliki sikap percaya kepada kemampuan masing-masing siswa dengan tidak lupa selalu mengarahkan demi kemajuan siswa dalam pembelajaran. Pada intinya adalah “Student Based Learned” yang ingin dicapai oleh sistem pembelajaran luar negeri. Guru hanya bersifat mengarahkan siswa apabila siswa mengalami kesulitan dan hambatan dalam pemecahan suatu permasalahan pembelajaran. Diharapkan setelah guru memberikan pengarahan,siswa dapat dirangsang untuk menemukan solusi pemecahan dalam menyelesaikan persoalan. Tujuan ini tidak lain agar siswa dapat berpikir kritis,kreatif,berkembang,dan tidak tergantung kepada orang lain.

Keuntungan lain selain siswa dapat berkembang secara mandiri adalah siswa dituntut untuk selalu aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran tanpa bergantung pada guru. ”Teacher Based Learned” tidak berlaku untuk pembelajaran sistem penerapan pendidikan luar negeri. Selain siswa dituntut untuk belajar mandiri,siswa dituntut untuk dapat bekerja secara kelompok dalam diskusi memecahkan permasalahan bersama. Ada beberapa persoalan yang harus dimusyawarahkan untuk menemukan solusi bersama. Kerja kelompok pastilah tidak lepas dari komunikasi dua arah antara ketua kelompok dan anggota-anggotanya. Sistem ini juga menuntut kecakapan komunikasi bahasa di antara anggota-anggotanya. Sekolah bertaraf internasional telah menerapkan sistem pembelajaran bahasa asing selain Bahasa Indonesia di dalam percakapan sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran. Selain bahasa, siswa diharuskan dapat mengaplikasikan teknologi modern seperti komputer dalam penyelesaian tugas sehari-hari. Di sini dapat kita lihat keuntungan yang ditawarkan oleh sekolah bertaraf internasional dalam mendidik anak-anak didiknya dalam menguasai teknologi dan bahasa yang berguna untuk menghadapi persaingan global. Tetapi, hal itu dapat diterapkan apabila keadaan itu dapat dipenuhi secara ideal oleh sekolah tersebut dalam hal penyediaan dana dan modal pemenuhan segala fasilitas yang menunjang berlangsungnya sistem itu.

Namun, kondisi perekonomian Indonesia belum dapat menunjang sistem tersebut karena masalah dana subsidi pendidikan dari pemerintah yang tidak mencukupi dan berakibat dana tanggungan biaya fasilitas dan pengajaran yang harus ditanggung oleh orang tua sangatlah besar dalam rangka menerapkan sekolah bertaraf internasional. Ada muncul istilah sekolah nasional bertaraf internasional yang belum dapat dipastikan bahwa sistem pendidikan luar negeri ini dapat berjalan 100 % di sekolah nasional Indonesia. Kenyataannya, sistem ini tidak dapat berjalan 100 % dan terkesan setengah-setengah pelaksanaanya seperti moving class yang pelaksanaannya memakan waktu yang lama dan tidak efisien.

Sistem pendidikan taraf internasional sangat bagus tetapi kita juga harus mengetahui kemampuan pemenuhan biaya pendidikan negara kita sangatlah terbatas. Alangkah lebih baik apabila sistem pendidikan kita menggunakan sistem yang lama tetapi seluruh penduduk di wilayah Indonesia mendapatkan pendidikan yang sama dan disesuaikan dengan kondisi dana dan siswanya. Mulailah, kita memperbaiki sistem pendidikan Indonesia dari bawah dengan pemerataan pendidikan untuk semua. Apalah artinya pendidikan internasional tanpa pemerataan pendidikan oleh rakyat Indonesia. Pendidikan adalah hak yang wajib diterima oleh rakyat Indonesia jadi tangguhkan dulu pendidikan internasional dengan menekan biaya pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat setelah itu dapat terlaksana maka kita dapat meniti langkah menuju pendidikan internasional bagi seluruh lapisan masyarakat. Pendidikan yang terpenting adalah pemerataan bukanlah seberapa mahal fasilitas pendidikan yang hanya dapat dinikmati oleh beberapa orang. Jadi, mari kita jadikan pendidikan untuk semua. (http://www.kolomkita.com)

[+/-] Selengkapnya...

Panduan prinsip-prinsip pembelajaran efektif

Pembelajaran efektif berkaitan langsung dengan keberhasilan pencapaian pengalaman belajar
Pembelajaran efektif menguatkan praktek dalam tindakan
Pembelajaran efektif mengintegrasikan komponen-komponen kurikulum inti
Pembelajaran efektif bersifat dinamis dan dapat membangkitkan kegairahan
Pembelajaran efektif merupakan perpaduan antara seni dan ilmu tentang pengajaran
Pembelajaran efektif membutuhkan pemahaman komprehensif tentang siklus pembelajaran
Pembelajaran efektif dapat menemukan ekspresi terbaiknya ketika guru berkolaborasi untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan menemukan bentuk praktek mengajar yang profesional

GURU, PESERTA DIDIK, DAN PEMBELAJARAN

Peran Guru :

* memperhatikan dan bersikap positif;
* mempersiapkan baik isi materi pelajaran maupun praktek pembelajarannya;
* memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap siswanya;
* memiliki sensitivitas dan sadar akan adanya hubungan antara guru, siswa, serta tugas masing-masing;
* konsisten dan memberikan umpan balik positif kepada siswa.

Peran Siswa :

* tertarik pada topik yang sedang dibahas;
* dapat melihat relevansi topik yang sedang dibahas;
* merasa aman dalam lingkungan sekolah;
* terlibat dalam pengambilan keputusan belajarnya;
* memiliki motivasi;
* melihat hubungan antara pendekatan pembelajaran yang digunakan dengan pengalaman belajar yang akan dicapai.

Tugas pembelajaran :

* spesifik dan dapat dikelola dengan baik
* kemampuan yang dapat dicapai dan menarik bagi siswa
* secara aktif melibatkan siswa
* bersifat menantang dan relevan bagi kebutuhan siswa

Sejumlah variabel sebaiknya dijadikan pertimbangan ketika guru menyeleksi model pembelajaran, strategi, dan metode-metode yang akan digunakan. Variabel-variabel tersebut di antaranya :

* hasil dan pengalaman belajar siswa yang diinginkan;
* urutan pembelajaran (sequence) yang selaras : deduktif atau induktif;
* tingkat pilihan dan tanggung jawab siswa (degree);
* pola interaksi yang memungkinkan;
* keterbatasan praktek pembelajaran yang ada.

Model-model Pembelajaran

1. Model menggambarkan tingkat terluas dari praktek pendidikan dan berisikan orientasi filosofi pembelajaran.
2. Model digunakan untuk menyeleksi dan menyusun strategi pengajaran, metode, keterampilan, dan aktivitas siswa untuk memberikan tekanan pada salah satu bagian pembelajaran (topik konten).
3. Joyce dan Weil (1986) mengidentifikasi empat model yakni (a) model proses informasi, (b) model personal, (c) model interaksi sosial, dan (d) model behavior.

Strategi Pembelajaran

1. Dalam setiap model terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan.
2. Menurut arti secara leksikal, strategi adalah rencana atau kebijakan yang
3. dirancang untuk mencapai suatu tujuan.
4. Dengan demikian strategi mengacu kepada pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Strategi dikelompokkan menjadi strategi langsung (direct), strategi tidak langsung (indirect), strategi interaktif (interactive), strategi melalui pengalaman (experiential), dan strategi mandiri (independent).

Metode-metode Pembelajaran

1. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan menkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Keterampilan-keterampilan pembelajaran

1. Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang sangat spesifik.
2. Di dalamnya terdapat teknik-teknik pembelajaran seperti teknik bertanya, diskusi, pembelajaran langsung, teknik menjelaskan dan mendemonstrasikan.
3. Dalam keterampilan-keterampilan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan perencanaan yang dikembangkan guru, struktur dan fokus pembelajaran, serta pengelolaan pembelajaran.

1.Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction)

* Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.
* Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan langkah demi langkah

2.Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (indirect instruction)

* Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
* Dalam pembelajaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.
* Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3.Strategi Pembelajaran Interaktif (interactive instruction)

* Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi di antara peserta didik.
* Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berpikir.
* Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan dan metode-metode interaktif.
* Di dalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi kelompok kecil atau pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.

4.Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiential learning)

* Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuens induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
* Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada proses belajar, dan bukan hasil belajar.
* Guru dapat menggunakan strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran pendapat umum.

5.Strategi Belajar Mandiri (independent study)

* Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode-metode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru.
* Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggungjawab dalam merencanakan dan menentukan kecepatan belajarnya.

PENGEMBANGAN MEDIA

PENGERTIAN MEDIA
AECT : media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi

Gagne : media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar

Briggs : media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar

NEA : media adalah bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya

MEDIA adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi

KEGUNAAN MEDIA

* Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
* Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera
* Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah
* Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman

PEMILIHAN MEDIA

CIRI UTAMA MEDIA YAKNI SUARA, VISUAL, GERAK

KLASIFIKASI MEDIA
Audio visual gerak / diam
Visual gerak / diam
Audio Cetak

PERTIMBANGAN PEMILIHAN MEDIA

* Tujuan yang ingin dicapai
* Karakteristik siswa/sasaran
* Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio, visual, gerak)
* Keadaan lingkungan setempat
* Luasnya jangkauan yang ingin dilayani

Sumber : Internet dan kumpulan artikel
Dikirim oleh : wijianta, wijianta@gmail.com

[+/-] Selengkapnya...