Pendidikan Gratis untuk Pemulung

Menuntut ilmu bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Itulah yang dilakukan para pemulung di Sekolah Alam Tunas Mulia Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat. Lelah memulung di pagi hari tak membuat mereka berhenti menuntut ilmu. Seperti yang dilakoni Kaimin.

Tumpukan sampah adalah tumpuan hidup Kaimin. Hujan rintik tak menghalanginya bekerja. Seperti pagi biasanya, Kaimin bertugas memilah sampah plastik di Tempat Pembuangan Sampah Akhir Bantar Gebang. Penghasilan Rp 10 ribu per hari diberikan pada orangtua.

Lelah bekerja tak membendung keinginan belajar bocah 14 tahun ini. Di siang hari, Kaimin berangkat sekolah berusaha mengejar cita-citanya menjadi tentara atau pemain sepakbola.

Kaimin hanyalh satu dari 150 siswa Sekolah Alam Tunas Mulia. Sebagian besar siswa memang bekerja sebagai pemulung. Pelajaran di sekolah yang didirikan salah satu yayasan dan beberapa sponsor ini sesuai kurukulum bagi siswa setara TK, SD, dan SMP. Yang paling penting sekolah ini gratis.

Sekolah dimulai pukul 13.00 WIB hingga 17.00 WIB. Waktu ini dipilih untuk menyesuaikan kegiatan siswa yang sebagian besar pemulung. Keterbatasan ruangan dan 10 tenaga pengajar pun membuat siswa tak bisa belajar setiap hari. Pendidikan ternyata belum menyentuh semua. Beruntung Kaimin dan kawan-kawan bisa mengecap bangku sekolah lewat swadaya masyarakat. liputan6.com


[+/-] Selengkapnya...

Tak Hendak Mencetak Bocah Super

Akhir tahun lalu, Ari Mustikawati dan Baskara memikirkan kelompok bermain untuk Raihan, anak mereka. Raihan memang masih berumur 20 bulan, tapi Baskara, 32 tahun, ingin anaknya mendapatkan pendidikan sejak dini. Tujuannya, "Paling tidak Raihan bisa bersosialisasi dulu," kata Baskara di rumahnya, Menteng Atas, Jakarta Pusat, Selasa lalu.

Ada banyak kelompok bermain yang menawarkan macam-macam program, di antaranya program cepat membaca, menulis, dan berhitung untuk anak di bawah usia tiga tahun. Tapi Ari dan Baskara tak memilihnya untuk Raihan. "Kasihan kalau anak sekecil itu sudah diharuskan membaca dan menulis," ujar Ari. Keduanya akhirnya memilih kelompok bermain di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pertimbangannya karena dekat dengan tempat kerja Ari.

Selain Raihan, Seto, yang kini sudah 7 tahun, juga ikut kelompok bermain di dekat rumahnya sejak masih sangat muda, 28 bulan. Berbeda dengan kelompok bermain Raihan, kelompok bermain yang tak jauh dari rumah Seto di Rawamangun, Jakarta Pusat, itu mengajarkan berhitung, membaca, dan menulis.

Bayu, 36 tahun, dan Erwin Pratiwi, 33 tahun, orang tua Seto mengaku tidak begitu paham tentang sistem pendidikan prasekolah. "Saya kira memang begitu," kata Bayu melalui telepon, Rabu lalu. Karenanya, tak aneh jika Seto sudah bisa membaca dan menulis sejak usia lima tahun. Kini, kata Bayu, setelah anaknya kelas 1 SD, kemampuan membaca dan menulisnya lebih baik dari teman-temannya yang tidak diajarkan sebelumnya. Kelemahan Seto, kata Bayu, hanya berhitung.

Masalahnya, apa yang perlu dipertimbangkan ketika akan memilih pendidikan prasekolah? Pakar pendidikan anak usia dini Mutiara Padmosantjojo mengatakan, hal yang harus diutamakan ketika memilih prasekolah untuk anak adalah suasananya yang harus menyenangkan. "Bukan bertarget mencetak super kid yang mahir membaca, menulis, dan berhitung," kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, Selasa lalu.

Pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung, kata Mutiara di Singapura, idealnya diberikan kepada anak saat berusia 7 tahun. Tapi sebagai pengenalan, bolehlah diberikan kepada anak usia taman kanak-kanak dan prasekolah. Karena hanya pengenalan, penyampaiannya tidak boleh dipaksakan. Jika dipaksakan, anak akan takut belajar lantaran suasananya tidak menyenangkan.

Menurut Mutiara, mengajari anak tentang keterampilan belajar lebih penting ketimbang mengutamakan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Keterampilan belajar merupakan dasar agar anak selalu tertarik belajar sepanjang hidupnya. Keterampilan belajar ini meliputi kemampuan mengenal dan menerima dirinya sendiri, rasa ingin tahu yang besar, inisiatif, tanggung jawab menyelesaikan tugas secara mandiri dan kelompok, menyelesaikan masalah, serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Mutiara mengingatkan, proses belajar anak masih panjang, sekitar 15 tahun atau bahkan 20 tahun lagi. "Jika awalnya tidak menyenangkan, bagaimana selanjutnya?"

Pendidikan prasekolah yang ideal, kata peraih gelar Master of Science in Education dari University of Groningen, Belanda itu, adalah yang bisa mencetak manusia cerdas seutuhnya. Bukan hanya mampu menulis, membaca, dan berhitung saja, tapi juga harus cerdas secara fisik, intelektual, emosi, dan spiritual.

Kecerdasan fisik, misalnya, bisa membuat anak berlari atau melompat. Kecerdasan intelektual membuat anak berkemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Cerdas emosi membuat anak mampu merespons setiap peristiwa sosial di sekitarnya. Sedangkan cerdas spiritual tidak hanya membuat anak bisa mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan agama saja, tapi juga mengenai cinta kasih sesama makhluk hidup.

Mutiara sangat menyayangkan pendidikan prasekolah yang hanya mengajarkan anak membaca, menulis, dan berhitung. Anak akan minim pengetahuan dalam keterampilan belajar. Bahkan, bisa menyebabkan anak menjadi tidak mau belajar lagi karena terlalu dipaksa. "Keunggulannya mungkin anak lebih cepat bisa membaca, menulis, dan berhitung," jelas Mutiara.

Pendidikan prasekolah yang mengajarkan keseimbangan antara intelektual, emosi, spiritual, dan fisik, lebih banyak positifnya ketimbang negatifnya. "Kelemahannya mungkin hanya kemampuan membacanya agak lambat," ujarnya.

ERWIN DARIYANTO

Memilih untuknya:

1. Perhatikan:
- Karakteristik anak. Pertimbangkan kepribadiannya, gaya belajar, serta kebutuhan khususnya.
- Karakteristik keluarga, seperti nilai keluarga, kemudahan transportasi, dan kemampuan finansial.
- Karakteristik sekolah, seperti filosofi sekolah, kurikulum, metode belajar, keamanan, dan reputasi.
2. Datanglah ke sekolah untuk mengetahui visi, misi, dan penerapan kegiatan belajar-mengajar.
3. Percayalah pada "insting" saat berkunjung ke sekolah.
4. Sesudah menentukan sekolah:
- Siapkan mental anak. Bacakan cerita atau menonton film tentang asyiknya bersekolah.
- Ajak anak berkenalan dengan guru sebelum sekolah mulai.
- Ajak anak menyiapkan tas dan keperluan sekolahnya sebelum hari H.
- Beri dukungan terus-menerus. Orang tua sebaiknya juga memantau apa yang dilakukan anak di sekolah dan membantu berpartisipasi di sekolah semampunya.tempointeraktif.com



[+/-] Selengkapnya...

Google Singgahi Desa Terpencil di Afrika

Radiokah itu? Atau TV? Itulah pertanyaan yang terlontar oleh sebagian warga Entasopia, Kenya, saat diputarkan video streaming. Raksasa internet Google coba menghadapi kesenjangan digital ini dengan menyambangi mereka untuk memperkenalkan internet ke desa-desa terpencil di Afrika.

Dikutip dari New York Times, Kamis (5/2/2009), aksi ini dilakukan oleh tiga orang mahasiswa dari University of Michigan yang disokong sepenuhnya dari Google. Mereka pergi menuju daerah safari Entasopia di Kenya untuk coba menginstal perangkat satelit kecil dengan tenaga panel solar untuk bisa terkoneksi ke internet.

Meskipun menyediakan akses internet bukanlah termasuk bidang garapan Google, namun sepertinya menghadirkan koneksi satelit yang lebih cepat dan lebih stabil di daerah tersebut menggugah raksasa internet ini untuk terjun.

Di tengah krisis yang dialami Google sendiri dan PHK yang mereka lakukan beberapa waktu lalu, Google masih menyisihkan dana untuk program ini dan membayar biaya untuk bandwith satelit per bulannya.

Walaupun banyak keuntungan yang akan bisa didapat oleh warga setempat, namun kendala yang mesti dihadapi juga tak kalah besar. Selain masyarakat masih 'buta' internet, sebagian besar remaja di sana, khususnya perempuan, belum bisa membaca.

Entasopia yang lebih cocok untuk berwisata safari ini memang sangat terbelakang. Dengan sekitar 4.000 warga, mereka tidak memiliki fasilitas-fasilitas umum seperti bank, kantor pos dan infrastruktur penting lainnya. Bahkan surat kabar hanya datang setiap 3 atau 4 minggu saja.

Ya kita tunggu saja hasilnya, apakah dengan adanya internet kehidupan mereka bisa lebih maju atau malah ketidakefektifan yang didapat? detik.com

[+/-] Selengkapnya...

210 Anak Asah Otak lewat Gambar dan Mewarna

Sebanyak 210 anak usia 4 tahun hingga 10 tahun kemarin mengikuti lomba mewarna dan menggambar. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengasah ketrampilan dan perkembangan otak anak di bawah 10 tahun.

Kegiatan lomba mewarna dan menggambar tersebut digelar sejak pukul 08.00 di halaman Klinik Tedja Husada. Bagi peserta usia 4 tahun hingga 6 tahun masuk lomba mewarna. Sedangkan kelompok usia 7 tahun hingga 10 tahun mengikuti lomba menggambar. "Perlengkapan juga sudah kami siapkan. Tergantung kreativitas anak saja," kata Ketua Pelaksana Kegiatan Tito Hari Pradianto, saat ditemui kemarin.

Lomba menggambar tersebut merupakan ajang kreativitas para anak. Dengan cara tersebut, ketrampilan anak bisa terasah dan terukur kemampuannya. Terlebih ketrampilan tersebut dapat memacu perkembangan otak. Terutama pada saat memberi warna. "Memadu warna juga dapat memacu perkembangan otak anak," tambahnya.

"Mereka merupakan generasi bangsa. Jadi patut untuk dididik agar lebih berkembang lagi," sambung Tito, yang juga Direktur Klinik Teja Husada, kemarin. Sedangkan kegiatan ini dalam rangkaian ulang tahun ke-4 Klinik Teja Husada. Selain mengadakan lomba mewarna dan menggambar, rencananya Sabtu mendatang akan diadakan seminar tentang stroke dan kepikunan. Karena banyak sekali pasien yang berkunjung ke klinik mengalami penyakit stroke maupun pikun. jawapos.com


[+/-] Selengkapnya...

Anak Harus Dibatasi Menonton Televisi

Anak-anak sebaiknya dibatasi untuk menonton televisi selama 2 jam sehari. Karena itu diperlukan sebuah rangsangan dari keluarga untuk memberikan kegiatan lain selain menonton televisi.

Misalnya, melakukan gerakan sehari tanpa tv. Nah selama tidak ada tayangan televisi selama satu hari itu, anak-anak bisa diajak membaca buku atau kegiatan positif lainnya. Tayangan televisi kini banyak yang tidak mendidik dan tidak pantas dilihat oleh anak-anak.

"Setidaknya memberikan tekanan pada industri televisi," kata B Gunarto dari lembaga Kidia saat menjadi pembicara dalam Seminar Sehari Pola Menonton Televisi Secara Aman dan Sehat untuk Anak yang diselenggarakan oleh Komisi Penyiaran Daerah (KPID) di Hotel Santika, Jalan Pandegiling, Surabaya, Rabu (24/12/2008).

Gunarto menjelaskan, selain menerapkan sehari tanpa televisi, orangtua juga mempunyai peranan pada anak-anak. Orangtua harus mengarahkan jadwal anak-anak menonton televisi.

Sementara itu, pembicara lain yakni Gilang Iskandar, Corporate Secretary Media Nusantara Citra (MNC) Group menyatakan, bahwa anak-anak tidak hanya menonton tayangan untuk anak. Anak-anak saat ini juga melihat tayangan yang bukan untuk anak-anak.

Hal itu menjadi perhatian menarik pasalnya jam tayangan anak yang telah dibuat saat ini sesuai dengan kebisaan anak-anak. "Karena itu peran keluarga penting untuk membimbing anak-anaknya," tegasnya. detik.com


[+/-] Selengkapnya...

Sulit Kerjakan Soal, Jangan Vonis Anak Bodoh

Menerapkan secara berlanjut pembelajaran yang membentuk kecerdasan jamak (multiple intelligence) menjadi salah satu indikator mutu pendidikan sebuah sekolah. Penerapan kecerdasan jamak itu bisa menghilangkan kebiasaan memvonis bodoh seorang anak hanya gara-gara tidak bisa mengerjakan soal ujian.

Petunjuk bagi orang tua dan guru itu kemarin dipaparkan dalam seminar nasional Multiple Intelligence System, sebagai Ikhtiar Mewujudkan Pembelajaran Unggul di Universitas Negeri Malang. Dalam acara yang diikuti sekaitar 650 guru PAUD hingga SMA ini, dua pemateri yang hadir adalah Dr Imron Arifin, dosen administrasi PPS UM dan Munif Chatib, praktisi multiple intelligence.

Imron menerangkan, saat ini dunia telah mengakui ada sepuluh kecerdasan pada diri seorang manusia. Sepuluh kecerdasan itu ditemukan oleh Howard Gardner, seorang peneliti dari Harvard University. "Guru harus bisa menggali kecerdasan mana yang dominan. Dari situ harus ada pembinaan. Dengan begitu, jangan lagi menganggap seorang anak adalah bodoh. Pasti siswa punya kelebihan di salah satu kecerdasan itu," kata ketua pendidikan Anak Saleh ini.

Pertama adalah kecerdasan linguistic atau bahasa. Dalam arti, berbahasa secara lisan maupun tulisan. Pekerjaan yang mengandalkan jenis kecerdasan ini adalah pengacara, presenter, pengarang.

Kecerdasan kedua adalah kecerdasan logika matematika. Dengan kata lain, kecerdasan ini menyebabkan seseorang bisa menganalisa secara logika atau menghitung kemungkinan-kemungkinan dalam sebuah penyelesaian masalah.

Ketiga, lanjut Imron, adalah kecerdasan musikal. Yang keempat kecerdasan kinestetik. Kecerdasan jenis ini biasanya dipunyai oleh seorang atlet, penari, aktor atau petugas mekanis.

Kelima adalah kecerdasan spatial. Bentuk kecerdasan ini biasanya menonjol pada seorang pilot, navigator, pemain catur atau arsitek.

Keenam adalah kecerdasan interpersonal alias bermasyarakat. Jenis kecerdasan ini menonjol pada seorang guru, politikus, perawata, penjual maupun pemuka agama.

Ketujuh adalah kecerdasan intrapersonal alias kecerdasan dalam memahami diri sendiri. Seseorang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal yang tinggi bisa mengatur hidupnya dengan lebih bergairah.

Kedelapan adalah kecerdasan natural alias kemampuan mengenal alam dan lingkungannya. Kesembilan adalah kecerdasan eksistensi yang membuat seseorang sopan, pandai menempatkan diri dan memahami kematian. Yang terakhir alias kesepuluh adalah kecerdasan spiritual yang membuat seseorang memahami dan mengikuti nilai-nilai agama.
jawapos.com

[+/-] Selengkapnya...

Guru Harus Manfaatkan Teknologi Informasi

Semarang (ANTARA News) - Guru dituntut mengikuti kemajuan teknologi informasi dalam pengajaran, sehingga kualitas pendidikan kian baik.

"Guru harus tanggap teknologi dan memanfaatkanya dalam pembelajaran," kata dosen Universitas Negeri Semarang Hartoyo dalam seminar dengan tema Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran di Semarang.

Hartoyo mengatakan, sejumlah daya dukung dalam pembelajaran adalah komputer, teknologi internet, perangkat multimedia, dan berbagai program aplikasi di dalamnya.

"Saat ini siswa sudah harus dibiasakan dengan model komputerisasi, sehingga nantinya proses interaksi tidak hanya di kelas saja, melainkan di luar kelas pun antara guru dan murid dapat tetap berkomunikasi," katanya.

Pendapat sama disampaikan dosen Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Agus Priyanto yang juga melihat pentingnya pengajaran dengan menggunakan teknologi.

Ia mencontohkan, tiap sekolah setidaknya harus memiliki web pribadi sebagai media informasi dan komunikasi sekolah dengan siswa.

"Siswa tidak lagi mendapatkan tugas tertulis dari guru, akan tetapi mereka mengakses tugas ataupun pekerjaan rumah (PR) melalui web site atau blog dari guru yang bersangkutan," katanya.

Menurutnya, dengan kemajuan teknologi guru tidak lagi mengeja soal dan menuliskan pelajaran di papan tulis, akan tetapi menggunakan media presentasi LCD proyektor atau perangkat multimedia yang lain.

Mampuono, guru SMP 18 Semarang menambahkan, selain mengikuti teknologi yang maju, guru juga dituntut menghadirkan sesuatu yang menarik dalam media pembelajaranya.

"Guru harus bisa membuat multimedia interaktif yang menarik, sehingga siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran," katanya.

Ia mengatakan bahwa terdapat lima tahap dalam pembuatan multimedia interaktif yakni analisis kondisi pembelajaran, desain multimedia, produksi atau pembuatan media interaktif, pelaksanaan dalam pembelajaran, dan evaluasi. antara.co.id


[+/-] Selengkapnya...

Waspadai Kecanduan Internet

Kecanduan internet dengan berbagai aplikasinya dalam kadar yang menggelisahkan patut diwaspadai. Sebelum ada anggota keluarga yang terjerat, intervensi harus segera dilakukan. ”Kecanduan membuat semuanya tak terkontrol, yang salah satunya berdampak pada situasi antisosial,” kata guru besar emeritus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Fawzia Aswin Hadis, dalam simposium ”Mengantisipasi Problema yang Berhubungan dengan Adiksi Internet” yang diadakan Forum Komunikasi Rumah Sakit Jiwa Swasta/ Praktik Kedokteran Jiwa Swasta di Jakarta, Sabtu (13/12).

Adiksi atau kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tak mampu lepas dari keadaan itu. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya.

Kecanduan internet di antaranya terjerat games, akses situs porno, akses bermacam informasi, serta aplikasi lain. Pencandu tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, pencandu asyik sehingga lupa waktu, sekolah, pekerjaan, lingkungan sekitarnya, hingga kewajiban lain. Tak jarang pencandu berhari-hari tidur di warung internet.

”Itu terjadi karena yang bersangkutan memperoleh kesenangan, kenyamanan, dan keasyikan dari aplikasi internet yang diaksesnya,” kata Fawzia. Jika internet membantu seseorang menghilangkan stimulus tak menyenangkan yang dihadapinya, ia akan terus mengulanginya hingga kecanduan.

Tak heran bila sebagian besar pencandu internet adalah mereka yang memiliki kepercayaan diri rendah atau kekurangan lain. Pasalnya, mereka akan tetap eksis tanpa siapa pun (komunitas virtualnya) tahu siapa dirinya.

Praktisi psikiater anak Elijati D Rosadi SpKJ (K) mengatakan, hampir semua pasien yang dibawa kepadanya sudah masuk tahap kecanduan. Anak-anak itu memiliki kebiasaan berbohong atau kognitif yang lemah.

Pencandu yang dipicu konflik keluarga mengaku kepada komunitas virtualnya, ia tak butuh keluarga lagi.

Menurut pernyataan para psikiater yang hadir, tren pasien kecanduan internet pada anak terus meningkat cepat dalam dua tahun terakhir. Demikian diungkapkan psikiater anak RSCM, Ika Widyawati SpKJ (K), dan psikiater anak Rumah Sakit Jiwa Bandung, Lelly Resna SpKJ (K).

Menurut para psikiater anak, kecanduan itu dapat dicegah jika orangtua dan orang dewasa berperan aktif. ”Berikan pemahaman untung ruginya atau konsekuensi sesuai umur masing-masing. Internet terbukti sangat bermanfaat selama masih bisa kita kontrol,” kata psikiater Richard Budiman SpKJ, pengelola Sanatorium Dharmawangsa, tempat puluhan psikiater praktik.

Orangtua dan anak-anaknya pun bisa membuat kesepakatan bersama mengenai waktu dan lama mengakses internet. Situs dan jenis permainan yang diakses pun patut diketahui orangtua. Pembiaran hanya akan membuat kecanduan menjadi soal waktu.

Sebagian besar peserta sepakat bahwa melarang anak sama sekali mengakses internet bukan solusi. Pasalnya, internet mudah diakses di mana-mana dengan tarif terjangkau.

Pengobatan bagi yang kecanduan, kata Elijati, di antaranya psikoterapi, obat antipsikotik, antidepresi, dan terapi keluarga. Akar masalah yang memicu anak lari ke internet pun harus diketahui.

”Pengobatannya tidak mudah karena harus melibatkan banyak hal,” kata Elijati, yang disetujui psikiater lainnya. kompas.com


[+/-] Selengkapnya...

Strategi belajar efektif

Strategi belajar bersifat individual, artinya strategi belajar yang efektif bagi diri seseorang belum tentu efektif bagi orang lain. Untuk memperoleh strategi belajar efektif, seseorang perlu mengetahui serangkaian konsep yang akan membawanya menemukan strategi belajar yang paling efektif bagi dirinya.

* Konsep Belajar Mandiri
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Kesalahpengertian tersebut terjadi karena pada umumnya mereka yang kuliah di UT cenderung belajar sendiri tanpa tutor atau teman kuliah. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.

Sebagai mahasiswa yang mandiri, Anda tidak harus mengetahui semua hal. Anda juga tidak diharapkan menjadi mahasiswa jenius yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu prinsip belajar mandiri adalah Anda mampu mengetahui kapan Anda membutuhkan bantuan atau dukungan pihak lain. Pengertian tersebut termasuk mengetahui kapan Anda perlu bertemu dengan mahasiswa lain, kelompok belajar, pengurus administrasi di UPBJJ, tutor, atau bahkan tetangga yang kuliah di universitas lain. Bantuan/dukungan dapat berupa kegiatan saling memotivasi untuk belajar, misalnya, mengobrol dengan tetangga yang kuliah di universitas lain, seringkali dapat memotivasi diri kita untuk giat belajar. Bantuan/dukungan dapat juga berarti kamus, buku literatur pendukung, kasus dari surat kabar, berita dari radio atau televisi, perpustakaan, informasi tentang jadwal tutorial, dan hal lain yang tidak berhubungan dengan orang.

Yang terpenting adalah Anda mampu mengidentifikasi sumber-sumber informasi. Identifikasi sumber informasi ini dibutuhkan untuk memperlancar proses belajar Anda pada saat Anda membutuhkan bantuan atau dukungan.

* Media Belajar

Salah satu ciri utama belajar jarak jauh adalah penggunaan media belajar. Media belajar utama di UT adalah bahan ajar cetak yang dikenal sebagai modul modul. Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Anda dapat memilih media mana yang sesuai untuk mendukung belajar Anda. Klik Belajar Efektif dengan Media untuk mengetahui lebih jauh mengenai media belajar. Pada topik tersebut, Anda akan memperoleh informasi mengenai kiat-kiat memaksimalkan penggunaan media untuk kepentingan belajar

Penggunaan media untuk kepentingan belajar ini juga merupakan salah satu bentuk strategi belajar. Sebagai contoh, media audio akan sangat membantu bagi orang yang memiliki gaya belajar "auditorial". Penjelasan lebih lanjut mengenai gaya belajar dapat Anda peroleh pada topik Mengenali Gaya Belajar.

Penggunaan media untuk belajar sering dianggap aneh karena tidak biasa bagi mereka yang terbiasa belajar tatap muka. Pada proses belajar jarak jauh, penggunaan media bukan sesuatu yang aneh. Sebagai mahasiswa UT bagaimana jika Anda mencoba mengenali media-media belajar yang disediakan UT? Siapa tahu Anda akan merasa lebih mudah untuk belajar melalui media pendukung tersebut? Siapa tahu juga, media pendukung tersebut dapat menjadi strategi belajar yang efektif bagi Anda?

* Strategi Belajar Efektif

Adanya jarak secara fisik antara pengajar dan mahasiswa, membuat beberapa fungsi pengajar tidak berperan, seperti misalnya fungsi pengajar dalam memberikan materi ajar pada saat perkuliahan atau fungsi pengajar dalam mendisiplinkan mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan. Fungsi-fungsi pengajar semacam itulah yang tidak ada pada sistem BJJ, sehingga harus disiasati sendiri oleh mahasiswa BJJ melalui strategi belajar. Misalnya, Anda harus pandai membuat jadwal untuk membaca bahan ajar, melalui modul atau media lain, sebagai salah satu cara berkomunikasi dengan pengajar. Materi ajar mewakili pengajar karena materi ajar merupakan hasil pemikiran pengajar. Anda juga harus mensiasati diri sendiri untuk berdisiplin melaksanakan jadwal yang telah Anda buat. Jika mahasiswa pada umumnya harus berdisiplin pergi ke kuliah, maka Anda dapat merencanakan sejumlah waktu yang sama untuk dipakai membaca modul. Anda justru beruntung karena dapat belajar di mana saja. Yang harus Anda lakukan adalah berdisiplin untuk menentukan kapan saat belajar.

Merencanakan strategi belajar merupakan keterampilan khusus yang perlu dikembangkan mahasiswa BJJ. Sebagai mahasiswa BJJ, Anda tidak dapat menggunakan kebiasaan belajar tatap muka jika ingin berhasil. Jika Anda membawa kebiasaan belajar tatap muka untuk belajar pada sistem BJJ, maka Anda akan mengalami berbagai kesulitan. Sebagai contoh, Anda mungkin terlalu sibuk bekerja sehingga lupa belajar. Anda juga dapat terjebak pada kegiatan rutin di rumah seperti mengurus anak, arisan, rapat RT; sehingga Anda tidak terampil untuk mensiasati waktu belajar Anda. Dalam proses belajar jarak jauh, tidak ada orang (guru/dosen) yang membantu Anda untuk mengingatkan atau menyuruh Anda belajar selain diri Anda sendiri. Hanya diri Anda yang dapat memicu dan memacu proses belajar Anda.

Kebiasaan belajar tatap muka tidak mudah diganti begitu saja. Oleh karena itu, mahasiswa BJJ perlu belajar mengenai keterampilan khusus yang dapat membantu Anda untuk belajar mengenai bagaimana caranya belajar. Dengan mempelajari berbagai keterampilan khusus dalam belajar ini, maka Anda akan dapat mensiasati belajar dalam sistem BJJ (Belajar Jarak Jauh). www.ut.ac.id.


[+/-] Selengkapnya...

Perluasan Akses Pendidikan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi

Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2008 antara lain disebutkan bahwa Departemen Pendidikan Nasional harus menghubungkan sebanyak 24.000 dalam satu jaringan pendidikan nasional. Dari jumlah tersebut 15.000 titik adalah sekolah, yakni terdiri dari SMA/MA, SMK, SMP/MTs, dan SD/MI. Apabila interkoneksi ini terwujud, maka sekolah akan mendapatkan manfaat yang sangat besar. Pemanfaatan teknologi dimungkinkan diterapkan di berbagai sekolah yang berada di daerah-daerah terpencil atau daerah yang secara geografis sulit dijangkau. Dampak yang dihasilkan bahkan justru berhasil memperluas kesempatan belajar bagi lebih banyak anak yang membutuhkan tetapi terkendala secara geografis dan finansial. Dengan kata lain, sekolah-sekolah di daerah terpencil juga mempunyai kesiapan untuk memanfaatkan teknologi. Keadaan yang demikian ini merupakan bukti bahwa pemanfaatan teknologi telah memberikan dampak positif dalam arti semakin mempersempit kesenjangan yang terjadi atau semakin memperluas kesempatan memperoleh layanan belajar. Namun manfaat ini tidak datang begitu saja kecuali bagi daerah yang siap dan tanggap terhadap teknologi informasi & komunikasi. Seyogyanya ada empat aspek yang perlu diperhatikan dalam impelementasi pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, antara lain : Dukungan Kebijakan, Infrastruktur, Sumber Daya Manusia dan Komunitas.

Kebijakan
Kepala Daerah bersama jajarannya terutama Kepala Dinas Pendidikan sebagai pengambil kebijakan pada satuan pendidikan, berpengaruh dalam pengembangan pendidikan berbasis teknologi informasi di daerah. Dukungan kebijakan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi secara nasional sesungguhnya sudah kuat, antara lain dengan adanya Keputusan Presiden nomor 20 tahun 2006 tentang Dewan Teknologi Informasi & Komunikasi Nasional, Inpres no 5 tahun 2008 tentang jaringan pendidikan nasional, Permendiknas no 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan TIK Depdiknas, Block Grant TIK sekolah, dll. Namun demikian, implementasi kebijakan ini di sekolah perlu lebih kongkret lagi. Oleh karena itu juga di tingkat mikro kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan pada satuan sekolah memberikan andil yang besar dalam keberhasilan pemanfaatan teknologi informasi dalam pendidikan. Pada level sekolah, Kepala Sekolah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendorong terjadinya percepatan pendayagunaan TIK di sekolahnya, baik peningkatan kualitas SDM, penyediaan ruangan, infrastruktur, inovasi dalam pembelajaran, dll.

Infrastruktur
Infrastruktur yang disiapkan adalah dalam bentuk hardware (fisik) dan software (non fisik). Dari sisi hardware, yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi informasi ini antara lain sambungan listrik, perangkat komputer/server dan perangkat jaringan (seperti kabel jaringan, kabel telepon, tower, radio, modem dan sebagainya). Ketersediaan listrik atau power merupakan kebutuhan dasar teknologi informasi & komunikasi. Kemudian sekolah diharapkan memiliki satu lab komputer. Idealnya lab ini merupakan lab multimedia yang bisa berfungsi sebagai pusat sumber belajar (PSB). Fungsi PSB atau lab multimedia ini antara lain tempat para peserta didik ataupun guru dapat mengakses sumber belajar melalui jaringan. Fasilitas utama yang ditawarkan dalam pendidikan berbasis teknologi informasi & komunikasi adalah akses broadband LAN yang menghubungkan jaringan sekolah pada satu daerah kabupaten/kota. Ketersediaan akses ini dapat dimanfaatkan oleh sekolah atau tenaga kependidikan daerah kabupaten/kota untuk menempatkan konten pada server lokal, baik konten yang dikembangkan sendiri oleh daerah maupun konten yang telah tersedia.

Sedangkan dari sisi software, perlu disiapkan operating sistem yang mendukung jaringan khusus untuk Server misalnya menggunakan LINUX atau Windows Server, sedangkan untuk client bisa menggunakan operating sistem apa saja asal disesuaikan dengan kompatibilitas hardware komputernya. Sementara itu aplikasi yang digunakan adalah internet browser untuk kebutuhan akses informasi website, kemudian aplikasi multimedia untuk kebutuhan media pembelajaran dan e-learning (misalnya: moodle, exelearning, drupal, blogger dll) tidak lupa juga perlu diperkayanya konten yang berkaitan dengan media pembelajaran baik dalam bentuk animasi ataupun e-book.

Sumber Daya Manusia (Brainware)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan berbasis teknologi informasi & komunikasi. SDM ini meliputi Pengelola dan Pengguna (user), artinya perlu dilibatkannya para ahli teknologi informasi dalam mengelola secara teknis pendidikan berbasis TIK ini sedangkan sebagai Pengguna adalah guru, peserta didik dan masyarakat umum yang memerlukan informasi mengenai pendidikan Dengan Teknologi Informasi & Komunikasi, ruang kelas tidak lagi menjadi pembatas aktivitas belajar. Guru dan Peserta didik bisa belajar dengan menembus batas batas ruang. Melalui internet user dapat mengambil bahan belajar dari mana saja dan berdiskusi dengan siapa saja di seluruh pelosok dunia. Pembelajaran pun tidak harus di ruang kelas yang dibatasi empat dinding. Kemudahan yang ditawarkan pendidikan berbasis teknologi informasi ini perlu disikapi dengan pengembangan inovasi kreatif dalam pengembangan sumber daya manusia, maka dari itu perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan yang sustainable bagi para pengguna.

Komunitas

Dengan menjadi bagian dari jaringan pendidikan para guru, peserta didik dan masyarakat dapat saling bertukar informasi, bertukar sumber daya, serta saling bekerjasama secara secara jarak jauh atau bertelekolaborasi dalam bentuk forum diskusi, dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) on line.

Di samping untuk keperluan lalu lintas data administrasi, program pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi ditujukan untuk menunjang peningkatan kualitas proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kesiapan daerah kab/kota dan sekolah dalam rangka pemanfaatan program ini. Untuk implementasi ini semua masih diperlukan kerja keras dan langkah-langkah kongkret pada level makro dan mikro dalam kaitan ini, yang diperlukan adalah sosialisasi keberadaan berbagai sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi tersebut sehingga dapat diketahui oleh masyarakat khususnya peserta didik. Dengan tersebarluasnya informasi tentang sumber belajar berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang tersedia dapat diakses di manapun peserta didik berada, maka diharapkan peserta didik akan dapat mengoptimalkan pemanfaatannya. Keberhasilan penerapan teknologi informasi dalam pendidikan ini dipengaruhi oleh faktor culture, champions, communication dan change serta tidak terlepas dari keterlibatan stakeholder. Dengan harapan suatu saat nanti tercipta kultur transfer of learning yang akan meningkatkan mutu pendidikan.
http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Melatih Otak Hanya dengan Berberapa Klik

Menggunakan fitur pencarian di internet membantu dewasa dan orang berusia lanjut untuk mempertahankan daya ingat agar tetap berada pada kondisi optimal, menurut ilmuwan AS baru-baru ini. Ilmuwan di University of California Los Angeles (UCLA) melakukan studi ini dengan merekam aktivitas otak melalui functional magnetic resonance imaging scan melihat bahwa "orang-orang yang sering melakukan pencarian di internet menggunakan lebih banyak aktivitas otak sewaktu mereka mencari," kata Dr. Gary Small, pakar penuaan UCLA dalam sebuah wawancara telepon, "menegaskan bahwa pencarian di internet dapat melatih otak dan menjaga otak agar tetap aktif dan sehat."

Banyak studi yang mengatakan bahwa permainan asah otak seperti puzzle dapat mempertahankan fungsi otak, namun belum banyak yang mempelajari dampak penggunaan internet terhadap daya ingat. Small mengatakan bahwa "ini adalah pertama kalinya seseorang melakukan pindai otak saat obyek sedang melakukan pencarian di internet."

Studi dilakukan pada 24 orang yang berusia 55 sampai 76 tahun. Separuh dari mereka sudah sering melakukan pencarian di internet, sementara separuhnya lagi belum memiliki pengalaman mencari. Kedua kelompok kemudian diminta melakukan pencarian internet dan membaca buku sementara aktivitas otak mereka diawasi.

"Kami menemukan bahwa aktivitas membaca buku mengaktifkan visual kortex — bagian dari otak yang mengontrol bahasa. Pada pencarian internet, aktivitas yang dilakukan jauh lebih banyak, namun hal ini hanya berlaku bagi kelompok yang biasa menggunakan internet," jelas Small.

Small mengatakan bahwa orang yang terbiasa menggunakan internet dapat memicu tingkat aktivitas otak yang jauh lebih dalam. Pada otak yang sudah menua, pengurangan aktivitas sel dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif. Aktivitas otak yang lebih dapat mempertahankan kesehatan otak dan kemampuan berpikir.

Small berpendapat bahwa mempelajari cara melakukan pencarian di internet merupakan salah satu aktivitas tersebut. "Mungkin kita dapat mengajarkan trik internet baru pada otak yang sudah tua," tutur Small. udaramaya.com


[+/-] Selengkapnya...

Optimalkan Kecerdasan Anak dengan Edukasi Menyenangkan

Pakar pendidikan anak, Seto Mulyadi menyatakan, untuk mengoptimalkan kecerdasan anak maka harus melalui cara mendidik yang menyenangkan anak.

"Dunia anak adalah bermain, yang penuh spontanitas dan menyenangkan. Anak akan melakukan dengan penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan," katanya di Banda Aceh, Kamis.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu menyampaikan hal itu dalam seminar bertema "Tingkatkan kualitas didik anak Aceh melalui proses belajar yang menyenangkan" yang diselenggarakan Biro Psikologi Psikodinamika Banda Aceh.

Menurut Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak itu, belajar bagi anak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik melalui nyanyian, dongeng maupun bermain.

Dia menyebutkan setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda dan orangtua harus menghargai prestasinya karena pada dasarnya semua anak cerdas baik cerdas matematika, menggambar, menyanyi maupun bentuk kecerdasan lainnya.

"Selama ini orangtua yang membuat diskriminasi terhadap anak. Anak dianggap tidak cerdas jika tidak pintar matematika padahal kecerdasan spektrumnya sangat luas," katanya.

Kak Seto juga mengungkapkan semua anak pada dasarnya senang belajar hanya bagaimana cara mengoptimalkannya karena jika suasana dibuat menyenangkan anak akan senang belajar.

Kekerasan terhadap anak, kurikulum sekolah yang padat dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya menyebabkan anak tidak belajar efektif dan takut sekolah.

Kekerasan terhadap anak juga kerap terjadi dalam keluarga berupa menjewer telinga, membentak, mencubit. Selain itu anak juga mendapat kekerasan dari elektronik.

Menurut Kak Seto dari penelitian dominasi tayangan televisi, iklan menunjukkan angka tertinggi yaitu 39,74 persen sementara tayangan pendidikan hanya 0,07 persen.

Anak-anak yang memiliki dasar suka meniru sebenarnya sangat kreatif dan orangtua serta guru perlu memahami kreativitas yang ada pada diri anak dengan bersikap luwes dan kreatif pula. antara.co.id


[+/-] Selengkapnya...

Belajar dari Jepang

Opini kecil, ini ditulis oleh Romiwahono sewaktu masih tinggal di Jepang. Pernah dimuat di kolom Opini, Surat Kabar Republika.

Tiada hari terlewatkan tanpa membaca surat kabar Indonesia melalui Internet. Di sana-sini bermunculan berita mengenai rusaknya moral dan carut marutnya kepribadian masyarakat Indonesia, layaknya sebuah bangsa yang tidak terdidik. Dan kerusakan ini secara signifikan dan menyeluruh melanda berbagai golongan masyarakat Indonesia, dari pejabat atas, menengah sampai rendah, dari anggota DPR sampai menular ke masyarakat umum. Kemudian kalau kita menyimak berita-berita Internasional, sudah menjadi hal yang lazim, bahwa Indonesia selalu memenangi kontes-kontes internasional yang berhubungan dengan sifat buruk. Dari masalah besarnya jumlah korupsi, pelanggaran HAM, pembajakan software, sampai rendahnya masalah sumber daya manusia (SDM).

Pada tulisan ini, penulis mencoba menguraikan tentang bagaimana sebuah komunitas terdidik (knowledged community) dan beradab itu sebenarnya bisa terbentuk dari sesuatu hal yang sangat sederhana.

Dari mengamati perilaku kehidupan masyarakat Jepang, sebenarnya tergambar bagaimana sebuah komunitas terdidik terlahir dari suatu sifat dan sikap yang sederhana. Yang pertama mari kita lihat bagaimana orang Jepang mengedepankan rasa “malu”. Fenomena “malu” yang telah mendarah daging dalam sikap dan budaya masyarakat Jepang ternyata membawa implikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan. Penulis cermati bahwa di Jepang sebenarnya banyak hal baik lain terbentuk dari sikap malu ini, termasuk didalamnya masalah penghormatan terhadap HAM, masalah law enforcement, masalah kebersihan moral aparat, dsb.

Bagaimana masyarakat Jepang bersikap terhadap peraturan lalu lintas adalah suatu contoh nyata. Orang Jepang lebih senang memilih memakai jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan raya. Bagaimana taatnya mereka untuk menunggu lampu traffic light menjadi hijau, meskipun di jalan itu sudah tidak ada kendaraan yang lewat lagi. Bagaimana mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola, di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.

Hal menarik berikutnya adalah bagaimana orang Jepang berprinsip sangat “ekonomis” dalam masalah perbelanjaan rumah tangga. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Sekitar 8 tahun yang lalu, masa awal-awal mulai kehidupan di Jepang, penulis sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar pukul 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya karena lebih murah 10 atau 20 yen. Juga bagaimana orang Jepang lebih memilih naik densha (kereta listrik) swasta daripada densha milik negeri, karena untuk daerah Tokyo dan sekitarnya ternyata densha swasta lebih murah daripada milik negeri. Dan masih banyak lagi contoh yang sangat menakjubkan dan membuktikan bahwa orang Jepang itu sangat ekonomis.

Secara perekonomian mereka bukan bangsa yang miskin karena boleh dikata sekarang memiliki peringkat GDP yang sangat tinggi di dunia. Mereka juga bukan bangsa yang tidak sibuk atau lebih punya waktu berhidup ekonomis, karena mereka bekerja dengan sangat giat bahkan terkenal dengan bangsa yang gila kerja (workaholic). Tetapi hebatnya mereka tetap memegang prinsip hidup ekonomis. Ini sangat bertolak belakang dengan masyarakat negara-negara berkembang (baca: Indonesia) yang bersifat sangat konsumtif. Terus terang kita memang sangat malas untuk bersifat ekonomis. Baru dapat uang sedikit saja sudah siap-siap pergi ke singapore untuk shopping, atau beli telepon genggam baru.

Sifat berikutnya adalah masalah “sopan santun dan menghormati orang lain”. Masyarakat Jepang sangat terlatih refleksnya untuk mengatakan gomennasai (maaf) dalam setiap kondisi yang tidak mengenakkan orang lain. Kalau kita berjalan tergesa-gesa dan menabrak orang Jepang, sebelum kita sempat mengatakan maaf, orang Jepang dengan cepat akan mengatakan maaf kepada kita. Demikian juga apabila kita bertabrakan sepeda dengan mereka. Tidak peduli siapa yang sebenarnya pada pihak yang salah, mereka akan secara refleks mengucapkan gomennasai (maaf).

Kalau moral dan sifat-sifat sederhana dari orang Jepang, seperti malu, hidup ekonomis, menghormati orang lain sudah sangat jauh melebihi kita, ditambah dengan majunya perekonomian dan sistem kehidupan. Sekarang marilah kita bertanya kepada diri kita, hal baik apa yang kira-kira bisa kita banggakan sebagai bangsa Indonesia kepada mereka ?

Bangsa Indonesia bukan bangsa yang bodoh dan tidak mengerti moral. Kita bisa menyaksikan bahwa mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang belajar Jepang, Jerman, Amerika dan di negara -negara lain, banyak sekali yang berprestasi dan tidak kalah secara ilmu dan kepintaran. Demikian juga kalau kita bandingkan bagaimana para pengamat dan komentator Indonesia menguraiakan analisanya di televisi Indonesia. Selama hidup 8 tahun di Jepang penulis belum pernah menemukan analisa pengamat dan komentator di televisi Jepang yang lebih hebat analisanya daripada pengamat dan komentator Indonesia. Dan ini menyeluruh, dari masalah ekonomi, politik, sistem pemerintahan bahkan sampai masalah sepak bola.

Akan tetapi sangat disayangkan bahwa fakta menunjukkan, secara politik dan sistem pemerintahan kita tidak lebih stabil daripada Jepang, secara ekonomi kita jauh dibawah Jepang. Dalam masalah sepakbola juga dalam waktu singkat Jepang sudah berprestasi menembus 16 besar pada piala dunia tahun 2002 ini, sementara kita sendiri masih berputar-putar dengan permasalahan yang tidak mutu, dari masalah wasit, pemain sampai kisruhnya suporter.

Mengambil pelajaran dari kasus yang telah diuraikan penulis diatas. Ternyata kepintaran dan kepandaian otak kita adalah tidak cukup untuk membawa kita menuju suatu komunitas yang terdidik. Justru sikap dan prinsip hidup yang sebenarnya terlihat sederhana itulah akan secara silmultan membentuk suatu bangsa menjadi bangsa besar dan berperadaban. (sumber : romisatriawahono.net) Baca Ini Juga


[+/-] Selengkapnya...

Kewirausahaan Melalui Link and Match

Kewirausahaan (enterpreunership) tidak selalu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Padahal kewirausahaan diperlukan untuk mendorong tumbuhnya industri-industri baru, termasuk didalamnya creative economic. Padahal seiring dengan perkembangan information and communication technology (ICT) saat ini, terbuka peluang pengembangan creative economic.

Sayang belum banyak yang memanfaatkan peluang itu. Salah satu kendalanya adalah belum tumbuhnya enterpreneurship, serta masih adanya kesenjangan antara dunia pendidikan dengan dunia industri. Untuk mengatasi masalah ini, Dewan Pengembangan Program Kemitraan Pendidikan Tinggi (DPPK-PT) mengembangkan konsep Cooperative Academic Education Program (Co-Op). Ia menjadi semacam jembatan konsep link and match antara dunia pendidikan dengan dunia industri.Pada program ini, DPPK PT menjalin kerjasama dengan lebih dari 62 industri, terdiri dari manufaktur, perbankan hingga telekomunikasi.

Ketua Bersama DPPK Rahardi Ramelan mengatakan program ini terkait dengan pilar kebijakan Depdiknas, yakni relevansi pendidikan. Interaksi antara dunia nyata dan dunia pendidikan sangat penting.

''Tujuannya agar pendidikan menjadi relevan sesuai kebutuhan masyarakat baik dari aspek sosial, ekonomi, politik, maupun budaya,'' kata Rahardi Ramelan. Ia menambahkan bahwa program ini memberi peluang bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan dunia bisnis dan usaha yang nyata.

Di sektor telekomunikasi, DPP PT antara lain menggandeng Telkomsel. Operator ini ternyata juga mengembangkan konsep Co-Op di mana para mahasiswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh dunia kerja dalam kegiatan-kegiatan yang hampir mirip dengan magang dan mendapatkan honor. Peserta program ditetapkan oleh Dirjen Dikti.

Peserta Co-Op memiliki kewajiban layaknya karyawan sehingga mereka benar-benar belajar bekerja yang membekali mereka dengan berbagai kemampuan. Mereka diwajibkan membuat analisa dan laporan yang nantinya akan dibawa ke institusi pendidikan terkait sebagai dasar penyusunan maupun pengembangan kurikulum.

''Merupakan kehormatan tersendiri bagi kami dapat kembali berkontribusi mendukung program yang kami harapkan mampu menghasilkan sumber daya manusia dari mahasiswa untuk menjadi calon entrepreneur di dunia usaha Indonesia,'' kata Direktur Keuangan Telkomsel Triwahyusari
Triwahyusari mengungkapkan, sebagai suatu institusi Telkomsel tidak hanya memperhatikan perkembangan dari internal perusahaan, tapi yang penting Telkomsel bertekad mengembangkan dunia usaha di Indonesia yang dimotori sumber daya dari Indonesia sendiri. Salah satu diantaranya adalah pengembangan kewirausahaan di kalangan kampus.

Dalam hal ini, Telkomsel membuka diri terhadap program magang yang dikembangkan Dirjen Dikti maupun kampus perguruan tinggi, yang bertujuan meningkatkan mutu lulusan perguruan tinggi dan relevansi pendidikan di perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia usaha, serta menciptakan lulusan sebagai subyek penyedia lapangan kerja (kewirausahaan).

Pengembangan program sekaligus merupakan respon akan kondisi saat ini,. Ada kecenderungan jumlah lulusan yang tidak terserap di pasar kerja akan semakin meningkat apabila kurikulum perguruan tinggi tidak dijembatani dengan kebutuhan dunia usaha. Terlebih lagi jika lulusan perguruan tinggi tidak siap untuk menciptakan lapangan kerja.

Industri telekomunikasi merupakan industri yang secara nyata memberikan kontribusi positif, di mana kontribusi telekomunikasi terhadap Gross Domestic Product (GDP) tahun 2006 diperkirakan mencapai 2,89 persen dari total GDP di Indonesia. Belum lagi kontribusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Saat ini industri telekomunikasi mampu merangsang dan menghasilkan manfaat bagi industri atau dunia usaha lain dari hulu sampai hilir, seperti Konten, Musik, Voucher, dan Servis Ponsel.

Hal ini, kata Triwahyusari, selayaknya didukung dengan kuantitas dan kualitas SDM yang ditunjang kurikulum pendidikan yang relevan, serta SDM yang mampu menciptakan kesempatan-kesempatan baru di industri telekomunikasi. Apalagi, 63 persen Indonesia penduduk merupakan usia muda produktif yang merupakan kalangan dengan senses of technology yang tinggi dan antusiasme terhadap perkembangan teknologi yang sangat besar.

Magang
Di kalangan perguruan tinggi sendiri Link and Macth terus digulirkan. Untuk mendukung program ini, Universitas Darma Persada (Unsada) mengembangkan Unsada-CSH Training Center. Yaitu program pelatihan kerja dan magang yang diberikan kepada mahasiswa tingkat akhir dan alumni Unsada. Untuk menjalankan program ini Unsada bekerja sama dengan CSH. Yakni sebuah lembaga pelatihan yang sudah memiliki jaringan dan pengalaman yang cukup luas.

Kepala Bagian Humas Unsada Alfonsus B Say, SE mengungkapkan, program ini merupakan upaya mempersiapkan mahasiswa memiliki kesiapan memasuki dunia kerja setelah mereka lulus. ''Program ini juga menjadi nilai tambah yang ditawarkan Unsada kepada masyarakat,'' jelas Alfons.

Tahap awal, peserta mengikuti beberapa seminar dan diskusi. Dalam seminar dan diskusi yang dikemas secara proaktif dan menarik ini, dikenalkan dunia kerja dan bagaimana persiapan untuk memasuki dunia kerja. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk membuat lamaran dan CV. ''Kami baru akan masuk ke proses wawancara pertengahan bulan April ini. Dari sekitar 40 peserta yang ikut pada tahap awal, sebanyak 14 mahasiswa berhasil masuk ke tahap wawancara,'' kata Alfons.

Konsultan Senior CSH Ir Sandra Harris, M Sc peserta akan magang pada berbagai perusahaan, mulai dari korporat, perbankan hingga perhotelan. Selama proses magang ini, mahasiswa akan diberikan pelatihan tambahan mengenai dunia kerja. Seperti bagaimana caranya presentasi, berkomunikasi dan kemampuan lain yang diperlukan untuk bekerja. ''Lamanya magang bervariasi, mulai dari tiga hingga enam bulan,'' ujar Sandra.

Metode lain diterapkan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Ketua Program Studi D3 Otomotif dan Alat Berat Fakultas Teknik UMJ, Ir Basuki Wibyatmoko mengatakan, untuk menciptakan lulusan yang dapat langsung bekerja, UMJ menggandeng United Tracktor (UT). Bentuk kerjasama meliputi penyediaan tempat belajar, pelatihan dan penyediaan instruktur hingga penyelenggaraan ujian.

Selama tiga semester awal, perkuliahan dilakukan di UMJ. Di sini, mahasiswa diberikan mata kuliah dasar dan umum. Semester empat hingga semester enam dilakukan di UT dengan pengajar dari UMJ dan instruktur UT. Materinya meliputi alat-alat berat. Seperti buldozer, dump truck, grader, dan excavator.

Tiga bulan pertama pada semester empat, mahasiswa diajarkan mengenai teori secara umum. Tiga bulan sisanya, mahasiswa akan ditempatkan di unit-unit UT untuk mempraktikkan materi yang telah didapat. Pada akhir semester, mahasiswa akan diminta untuk membuat laporan mengenai kegiatannya selama tiga bulan terakhir.

Presentasi laporan dilakukan dua kali. Yang pertama di unit UT dimana mahasiswa ditempatkan. Yang kedua di UT Pusat di Jakarta. Proses belajar di semester ini disebut juga dengan On The Job Training (OJT) I.

Basuki mengatakan, pada OJT I, mahasiswa difokuskan untuk mempelajari mengenai sistem. Mulai dari sistem mesin, sistem hidrolik, dan sebagainya. Barulah pada OJT II atau pada semester lima, fokus belajar lebih ditekankan kepada penyelesaian masalah di lapangan. Peran serta UT tidak hanya sampai di situ saja.

Ketika mahasiswa melakukan tugas akhir, disediakan satu dosen pembimbing yang merupakan instruktur senior di UT. "Ketika sidang tugas akhir pun kami meminta sekitar empat orang instruktur UT untuk ikut menilai tugas akhir yang dikerjakan mahasiswa," ungkap Basuki.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Bagaimana Tunanetra Belajar Komputer?

Pembaca, melihat tunanetra yang mahir berkomputer mungkin sudah mulai jadi hal lumrah di sekitar kita. Berkat kemajuan teknologi dan informasi (IT), kini tunanetra pun dapat merasakan bagaimana komputer dapat menjadikan "hidup menjadi lebih hidup".

Boleh dibilang begitu, karena berkat dukungan IT, tunanetra tak hanya terbantu dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, namun juga bisa menikmati aktivitas komputasi lain, mulai dari browsing internet hingga chatting dan ngobrol via telepon komputer.

Namun, saat penulis bertemu dengan banyak tunanetra yang belum menguasai komputer, atau pengajar komputer yang begitu antusias ingin mengajarkan komputer untuk tunanetra, sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik pun muncul. "Bagaimana caranya mengajar komputer untuk tunanetra?"

Jika kata "untuk tunanetra" dalam kutipan di atas dihilangkan, jawabannya tentu mudah. Tinggal daftar di ratusan pusat pendidikan komputer yang tentunya sudah menjamur, atau belajar langsung lewat buku-buku panduan belajar komputer yang pastinya sudah banyak beredar di pasaran. Tak hanya itu, sarana belajar berbentuk multimedia pun sudah akrab dengan mereka yang ingin belajar menggunakan metode yang lebih modern.

Lho, memangnya berbeda cara mengajar komputer untuk orang berpenglihatan dan tunanetra?

Tentu saja, karena di sini kedua belah pihak menggunakan komputer dengan cara yang berbeda. Untuk orang berpenglihatan, akses ke komputer dilakukan dengan menggunakan mata, sedangkan untuk tunanetra, informasi dan pengoperasian komputer dilakukan dengan memanfaatkan indera pendengaran (komputer dilengkapi dengan pembaca layar), atau indera peraba (komputer yang dilengkapi dengan monitor braille).

Untuk teknik mengajar komputer bagi orang berpenglihatan tentunya sudah sering Anda temukan di mana-mana. Nah, kali ini penulis akan memberi contoh proses pengajaran komputer bagi tunanetra yang dilakukan Sugiyo (tunanetra), salah seorang instruktur senior yang mengajar komputer bagi tunanetra di Yayasan Mitra Netra, Jakarta.

Penulis berharap adanya ilustrasi kecil ini dapat memberi gambaran pada pembaca tentang teknik mengajar komputer bagi tunanetra, sehingga dapat langsung diaplikasikan apabila ada relasi tunanetra yang ingin belajar komputer.

Konsep Pelajaran

Untuk langkah awal, Sugiyo biasanya terlebih dahulu menerangkan konsep-konsep pelajarannya. Misalnya, dia akan menerangkan apa itu menu bar dan apa saja yang ada didalamnya. Setelah itu, untuk langkah pengoperasian tertentu, dia biasanya langsung mengajak siswa praktek bersama-sama.

"Pertama-tama, mereka dituntun untuk mengerjakan sesuatu, lama-lama dilepas dan akhirnya mereka bisa mengerjakan sendiri," jelasnya.

Sugiyo juga sering kali memancing para peserta kursus lewat pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang diajarkan. Dengan begitu, para muridnya akan dapat memahami pelajaran dengan lebih baik.

Agar mempermudah peserta mengikuti kursus, Sugiyo menyusun beberapa buku pedoman pelajaran komputer. Selain diambil dari buku-buku computer yang pernah dibacanya, buku-bukunya tersebut juga disusun berdasarkan pengalaman pribadinya ketika belajar komputer.

"Saya sudah memiliki konsep sendiri mengenai urutan pelajaran yang diberikan. Saya sebelumnya belajar dari buku-buku dan kemudian saya menyusun sendiri sehingga dapat dipahami oleh tunanetra dengan lebih mudah," tuturnya.

Untuk keterangan yang bersifat visual, Sugiyo biasanya membuat alat peraga sederhana. Alat tersebut biasanya berasal dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya. "Yang penting saya bisa mendeskripsikannya kepada siswa," ujarnya.

Kursus komputer yang dilaksanakan di YMN dibagi atas beberapa program. Jangka waktu pelaksanaan kursus tergantung dari program apa yang diambil. Untuk Microsoft Word misalnya, lamanya program adalah empat bulan dengan dua kali pertemuan setiap minggunya, masing-masing selama dua jam.

Setelah menyelesaikan program Microsoft Word, peserta dapat memilih program berikutnya, seperti Microsoft Excel, Microsoft Power Point atau Microsoft Access. Selain itu, kursus komputer di YMN ini menyediakan program html, Jaws Script (materi untuk mengkonfigurasi pembaca layar JAWS )dan program lanjutan dari html.

Karena komputer yang digunakan tunanetra harus dilengkapi dengan program pembaca layer (screen reader), di awal penggunaannya peserta kadang kala menemukan kesulitan dalam memahami aksen atau suara yang dikeluarkan program pembaca layer tersebut. Hal itu dikarenakan suara yang dikeluarkan masih menggunakan aksen bahasa Inggris. Untuk itu, Sugiyo biasanya membimbing siswa memahami suara yang dibacakan oleh program tersebut.

"Biasanya saya meminta siswa mendengarkan perkata dan saya akan mengulang apa yang disebutkan oleh screen reader itu," jelas Sugiyo lagi. Pada kenyataannya, tidak perlu waktu lama untuk dapat memahami suara yang dikeluarkan oleh program pembaca layer tersebut.

Untuk bisa mengikuti kursus komputer, peserta diharuskan telah lulus kursus mengetik sepuluh jari yang juga diadakan YMN.

"Hal tersebut penting untuk memudahkan siswa memahami apa yang ada pada keyboard komputer," ujar Sugiyo menjelaskan.

Sedangkan untuk program-program lanjutan, Sugiyo mensyaratkan, peserta paling tidak sudah menguasai konsep windows. Sejauh ini, tidak ada kendala berarti yang menghambat Sugiyo dalam mengajarkan komputer kepada tunanetra.

"Asal mereka memiliki kemauan yang kuat, mereka pasti bisa. Kalau saya yang tunanetra bisa, saya yakin mereka juga pasti bisa," ujarnya. detikinet.com

[+/-] Selengkapnya...

Metode Quantum Teaching

"Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan hantarlah dunia kita ke dunia mereka." Istilah ini adalah istilah yang dipakai dalam Quantum Teaching, sebuah metode belajar yang pada awalnya adalah eksperimen Dr Georgi Lazanov tentang Suggestology yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

Bobbi de Porter yang merupakan murid dari Dr Georgi Lazanov, mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik) dan pendidikan holistik. Lalu setelah melalui beberapa fase Quantum Learning kembali dikembangkan dan pada akhirnya lahirlah Quantum Teaching, yaitu metode belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Rumus dan tehnik yang diterapkan oleh Quantum Teaching adalah AMBAK & TANDUR, definisi dari kedua kata tersebut adalah:
AMBAK
A: Apa yang dipelajari
Dalam setiap pelajaran, guru hanya menetapkan, anak didiklah yang menentukan tema sesuai minat masing-masing. Sebagai contoh pada pelajaran menggambar, guru hanya menentukan pelajaran menggambar dan para anak didiknya yang menentukan temanya.
M: Manfaat
Guru memberikan penjelasan manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran dan guru harus bisa memberi kemampuan memahami situasi yang sebenarnya sehingga para siawa bisa lebih tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
BAK: Bagiku
Manfaat apa yang akan diperoleh di kemudian hari dengan mempelajari ini semua.

Definisi dari tehnik pembelajaran Quantum Teaching TANDUR, adalah:
T: Tumbuhkan minat belajar
A: Aktifkan minat belajar
N: Namai semua konsep pembelajaran
D: Demonstrasikan, dengan maksud supaya anak lebih memahami pelajaran.
U: Ulangi, semakin sering diulang maka semakin kuat kuat pelajaran melekat.
R: Rayakan, berikan apresiasi kepada siapa saja yang berhasil melakukannya dengan baik.

Menggali Potensi Para Guru dan Tenaga Pengajar
Tidak hanya peduli pada para siswa, PT Adaro Indonesia juga peduli dengan para guru dan tenaga pelajar dengan memberikan kesempatan kepada mereka menggali lebih dalam potensi diri dan pengetahuannya. PT Adaro Indonesia pada kesempatan tersebut melalui Lembaga Pengembangan Potensi Pendidikan Adaro-Partners (LP3-AP) mengadakan serangkaian seminar dan pelatihan Quantum Learning dan Quantum Teaching.

Para perserta yang terdiri dari 1.122 orang perserta tersebut merupakan para guru dan tenaga pengajar dari tiga Kabupaten, yaitu Tabalong, Balangan Kalimantan Selatan dan Barito Timur Kalimantan Tengah. Dalam pelatihan tersebut para guru dan tenaga pengajar diberikan pelatihan diantaranya Contextual Teaching & Learning (CTL) Sain. Selain itu, para guru dan tenaga pengajar dibekali pula dengan Quantum Teaching yaitu ilmu pengajaran yang menggabungkan unsur seni dalam pencapaian tujuan belajar yang terarah, sehingga para siswa dapat belajar dalam suasana yang meriah. Dan Trainer of Trainer Quantum teaching sebagai program lanjutan quantum teaching serta disuguhi berbagai seminar yang bertemakan tradisi membangun mutu, supervisi dan monitoring sebagai wujud kemampuan melakukan pemantauan implementasi metode pengajaran.

[+/-] Selengkapnya...

Ciptakan Pola Bermain Efektif

Peran orangtua dalam tumbuh kembang anak sangat penting, termasuk saat menciptakan pola bermain. Ayah dan ibu sebaiknya bisa memperhatikan kuantitas dan kualitas bermain anak-anak untuk mencegah efek negatif yang mungkin ditimbulkan.

"Kualitas itu penting, percuma bila sang ibu terus di rumah. Kuantitas ada namun kualitas tidak ada, ibu sibuk sendiri dan anak juga sibuk sendiri," ujar Psikolog sekaligus Play Therapist, Dra. Mayke S. Tedjasaputra, belum lama ini.

Menurutnya, keterlibatan orang tua sungguh perlu, tentunya disesuaikan dengan tahapan usia anak. "Untuk anak usia 0-2 semua indera perlu dirangsang dengan aktivitas yang sesuai. Aktivitas ini berlangsung hingga masa pra-sekolah," ujarnya.

Namun,permasalahan yang sering terjadi orang tua cenderung sibuk. Menyiasati hal itu, Mayke mengajurkan kepada orang tua untuk menyediakan waktu untuk bermain singkat dengan anak.

"Misalnya dengan permainan memori yang mungkin hanya membutuhkan waktu 10 hingga 20 menit, mereka akan sangat menikmati. Dengan begitu aktivitas anak yang cenderung negatif karena meminta perhatian orang tua akan cenderung berubah," terangnya.

Jenis permainan juga menjadi pertimbangan. Dia menunjuk permainan game yang sedang marak. Menurutnya, permainan elektronik atau virtual boleh saja namun hanya sebagai variasi saja.

"Karena anak butuh variasi namun jika sudah terfokus pada permainan saja itu buruk," tegasnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, pada permainan virtual anak tidak bisa melihat secara sesungguhnya. Tidak ada ekspresi dan emosi yang dikeluarkan.

"Permainan harus lebih ke tatap muka bukan virtual. Sesekali boleh boleh tapi harus ada variasi dimana anak-anak melakukan sesuatu yang sesungguhnya," ujarnya.

Mayke sempat mengungkapkan kekhawatirannya, bila semua permainan anak serba vitual. Misalnya, anak tidak akan mengetahui bagaimana bermain puzzle. Kemudian, anak tidak bisa mengerakan tangan karena terbiasa menggunakan mouse dan dampak buruk lainnya.

Mayke menyarankan, orangtua sebaiknya memberikan permainan yang bersifat dua arah. Sehingga fisik dan emosi anak akan berkembang optimal. "Orang tua harus bolehkan anak bermain. Sangat jarang orang tua yang bertanya kepada anaknya "apakah sudah bermain," tuturnya.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

Belajar Matematika Bisa Menyenangkan

Bagi sebagian anak, pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sesuatu yang menakutkan. Hal itu dapat mempengaruhi minat anak untuk mengeksplorasi mata pelajaran yang sangat bermanfaat mengembangkan daya analitis.

Meskipun setiap anak memiliki minat yang berbeda-beda namun alangkah baiknya jika orang tua secara kreatif mengarahkan agar anak tidak terlarut dalam ketakutan berlebih terhadap matematika dan IPA.

"Masalahnya lebih kepada cara orang tua mengarahkan anak agar matematika tidak menakutkan," ujar Presiden Direktur Mathematics Education clinic sekaligus Ketua Dewan Juri Olimpiade Matematika Pentas Kreasi Anak Indonesia (PKAI), Ridwan Saputra kepada Republika Online ketika ditemui dalam konfrensi pers acara PKAI di Jakarta, Rabu (19/11).

Padahal, kata Ridwan, memperkenalkan matematika itu mudah. Dia mencontohkan, orang tua dapat mengenalkan matematika dengan media permainan.

"Misalnya tambah-kurang,kali-bagi dapat disesuaikan dengan cerita kehidupan," katanya.

Dia mencontohkan, ketika memasuki parki maka orangtua dapat mengajak anak menghitung jumlah mobil yang keluar dan masuk dengan menggunakan kalimat masuk yang diartikan bertambah dan pergi yang bearti berkurang.

Dia sendiri, kurang menyetujui pelajaran matematika di sekolah-sekolah yang hanya mengajarkan berhitung bukan berpikir.

Dalam kesempatan tersebut, Ridwan juga mengungkap cara mengatasi masalah rasa malas yang sering menghinggapi anak saat mempelajari matematika.

"Kemalasan anak mempelajari matematika dapat ditanggulangi orang tua dan guru dengan membawa anak ke arah berpikir terlebih dahulu. Yang lebih mudah sekali lagi, menghubungkan matematika dengan kehidupan dan permainan," tuturnya.

Ridwan memberikan tips untuk membuat anak dengan mudah mempelajari matematika." Ajak anak mencintai matematika, belajar yang rutin, guru yang mengajari juga harus benar, dan bermain" ungkapnya.republika.co.id

[+/-] Selengkapnya...

eLanguages, Belajar Sambil Membangun Jejaring

Proses belajar mengajar bahasa Inggris antara guru dan murid di dalam kelas barangkali hal biasa tetapi belajar bersama bahasa Inggris secara online bersama guru dan siswa di luar negeri adalah sesuatu yang baru. Wadah kerja sama antar guru secara online atau eLanguages ini dikembangkan oleh British Council dan Rages Ltd pada 50 sekolah Islam yang tersebar di tujuh provinsi se Indonesia.

Melalui program pembelajaran eLanguages, sekolah-sekolah tersebut didorong untuk membangun jejaring antar sekolah dari dalam dan luar negeri. Program ini memancing kreativitas para guru untuk menerapkan penggunaan bahasa Inggris melalui kegiatan virtual di internet. "Guru dan siswa bisa bertukar silabus dan hasil kegiatan dengan guru dan siswa dari sekolah lain, baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Project Officer School Link British Council, Leliana Setiono, Selasa (18/11) di Surabaya.

Dalam pelatihan eLanguages di SMA Khadijah Surabaya diperlihatkan sebuah proyek, yaitu rangkaian kegiatan sekolah yang melibatkan pembelajaran anak-anak di kelas untuk berkolaborasi dengan sekolah di luar negeri melalui fasilitas video conference. Salah satu proyek memperlihatkan siswa Indonesia yang memainkan lagu dengan alat musik kolintang sementara siswa di luar negeri menyaksikan permainan mereka.

Menurut Leliana, keuntungan dari metode pembelajaran ini adalah siswa mampu menampilkan hasil karya mereka secara online. Selain itu, mereka juga dapat belajar dari sumber tambahan yang otentik.

"Anak-anak dapat berhubungan langsung sambil belajar dengan sesama siswa lain di luar negeri. Wawasan mereka semakin diperluas karena mereka melihat secara langsung aktivitas di luar," ucap Leliana.

Praktisi Schooling Stien Matakupan mengatakan, pembelajaran online akan menumbuhkan kesadaran budaya bagi murid, kemampuan berbahasa, serta ketrampilan pemanfaatan teknologi informasi. "Dengan metode ini, rata-rata anak antusias karena menemukan sesuatu baru, mudah mengingat isi pembelajaran, sadar budaya, serta menghormati pendapat orang lain," ucapnya.

Selama bulan November 2008 hingga Maret 2009, British Council mengadakan pelatihan bagi 50 sekolah Islam dalam Islamic School Support Network (ISSN). Pelatihan tersebut melibatkan sekolah dari berbagai daerah, mulai Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Jawa Timur.

Pembelajaran ini meretas batas ruang dan waktu sehingga siswa dapat menatap langsung sekaligus berkomunikasi dua arah dengan temen-teman mereka di manapun. "Jika sekadar membaca dan mendengar, anak tak akan tahu secara pasti apa yang ia pahami tapi melalui pembelajaran ini wawasan mereka lebih diperkaya," tambah pengajar SMA Khadijah Surabaya Lisa Hadijah.kompas.com

[+/-] Selengkapnya...

Masalah Belajar ? Apa yang Harus Dilakukan ?

Ketika musim sekolah telah berjalan, timbul beberapa kesulitan dan masalah - yang tanpa sadar merupakan dampak dari tertinggalnya nilai "plus" di sekolah.
1.Problem belajar
2.Problem motivasi
3.Problem perilaku
4.Problem emosional
5.Problem sosial
6.Problem nilai
klik disini untuk unduh isi artikel..

[+/-] Selengkapnya...