Metode Tanya Jawab dalam Pembelajaran

Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletak dalam :

1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual.

2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.

Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas

1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
Di suatu kelas SMP Guru akan mengajarkan pokok bahasan “puisi baru”, dengan bertanya : “Bentuk-bentuk puisi lama, dalam sastra melayu, telah kita kenal. Tiap-tiap macam memiliki ciri yang berbeda, yang merupakan ikatan. Oleh karena itulah tiap bentuk mempunyai nama sendiri. Coba sekarang kita tulis di papan tulis apa yang kemarin telah kita pelajari.
Guru : ”Apa sajakah nama-nama puisi lama itu?”
Siswa : “pantun”
Guru : “Baik, coba sebutkan yang lain, Wati!”
Siswa : “talibun, karmina””
Guru : “Betulkah anak-anak?”
Siswa : “Betul, tetapi masih ada lagi, syair”
Guru : “Bagus, hari ini akan ibu lanjutkan dengan lahirnya puisi baru”.
Apakah ini penggunaan metode tanya-jawab yang baik ? Di sini Guru menggunakan teknik tersebut untuk meninjau secara singkat pelajaran yang lalu dengan tujuan memusatkan lagi perhatian siswa-tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai pada hari-hari yang lalu, dengan demikian ia dapat melanjutkan pelajaran berikutnya. Guru sendiri sebetulnya dapat juga mencantumkan ikhtisar pelajaran yang lampau di papan tulis, tetapi ia nierasa bahwa perhatian siswa dapat dipusatkan lebih baik bila mereka sendiri harus mengingat rentetan peristiwa. Kalau murid ikut serta, Guru akan mengetahui sejauh mana siswa telah menangkap pembicaraannya. Karena itulah penggunaan metode tanya jawab di sini adalah wajar.

2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa
Di salah saru kelas SMP, di tengah-tengah pelajaran, Guru menghentikan pembicaraannya mengenai riwayat hidup Chairil Anwar kemudian bertanya kepasa para pelajar : “Riwayat hidup dan perjuangan Chairil Anwar baru saja kita dengar; siapa yang dapat menyebutkan beberapa hasil karyanya?”
Budi : “Aku”
Amat : “Beta Pattirajawane”
Guru : “Ya, tentang apa sajak “Aku” itu? Bagaimana masalahnya? -
Di sini Guru telah mengajukan pertanyaan tentang fakta untuk menyelingi teknik berbicara yang dipakainya dan untuk mengikutsertakan para siswa. Guru sebenarnya dapat menyebut nama-nama sajak itu^ tetapi ia berpendirian bahwa jika siswa mengetahui jawabannya, akan lebih berarti, Sumbangan pikiran merupakan penggunaan tanya-jawab yang wajar

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Pada suatu poko bahasan “lahirnya sastra baru” Guru ingin agar tidak hanya ia sendiri yang bercerita melainkan ingin memimpin pemikiran siswa, maka dimulailah dengan mengemukakan pertanyaan sebagai berikut:
Guru : “Ada pendapat bahwa sastra baru ada setelah bahasa Indonesia lahir. Kalau demikian, kira-kira kapan titik mula sastra baru itu ?”
Ali : “Bahasa Indonesia dicanangkan sebagai bahasa kesatuan pada saat Sumpah Pemuda, dengan demikian sastra baru itu lahir pada tahun 1928″.
Guru : “Baik kira-kira sekitar tahun itu”. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran kebangsaan yang menjadi perbedaan hakiki kesusastraan Melayu dengarikesusastraan Indonesia. Lalu bagaimana kesusatraan Melayu pada saat itu ?”
Amien : “Kalau demikian sebelum adanya kesadarari kebangsaan, kesusastraan Melayu sama halnya dengan kesustraan daerah lainnya seperti kesusastraan Jawa, Sunda, Bali dan lain sebagainya “.
Guru : “Betul, begitulah keadaan saat itu”. “Kalau dihubungkan dengan kesadaran kebangsaan atau nasionalisme, kira-kira tahun berapa mulai ?”
Anna : “Bukankah nasionalisme itu mulai ada pada tahun 1920,1921, atau 1922″.
Guru : “Baik, tetapi mengapa kamu sebutkan tahun itu ?

Anna : “Karena saat itu sudah ada puisi yang benema cinta lanah air seperti karya Muhammad Yamin. Sanusi Pane “.
Dengan seterusnya hingga anak-anak tidak mendengarkan saja cerita Guru melainkan dipimpin untuk berpartisipasi. Di sini Guru menygunakan metode tanya-jawab dengan efektif. Suatu poko bahasan yang ada sangkut pautnya dengan sejarah (yang sudah dipelajari anak) dipakai sebagai acuan untuk membawa pemikiran anak pada lahirhya sastra baru. Penggunaan metode tanya-jawab ini wajar. Sebaliknya, marilah kita ikuti kejadian berikut ini:
Menilai kemajauan siswa Di suatu pelajaran bahasa Indonesia di SMP, Guru berkata:

Coba lihat sekarang, apakah pelajaran kemarin telah kamu pelajari sebaik-baik
Guru : “Sistem bunyi dalam bahasa Indonesia hanya mengenal tiga buah diftong, coba sebutkan Ani !”
Ani : “ai,audanoi”

Guru : “Baik, coba Badri beri contoh untuk “ai”
Badri : “Pandai”
Guru : “Betul, kalau contoh “oi” siapa dapat ?”
Amir : “Amboi”
Guru : “Baik, baik. Kamu semua sudah mengerti pelajaran kemarin. Hari ini kita akan belajar huruf rangkap”.
Apakah penggunaan metode di sini wajar 7 Dalam hal ini Guru menggunakan metode tanya-jawab untuk mengukur sejauh mana penguasan siswa. Kelas yang mengikuti pelajaran berjumlah 40 orang, sedangkan yang ditanya hanya 3 orang yang kebetulan dap?.! menjawab dengan betul, maka seluruh kelas dianggap sudah menguasai pelajaran itu. Bagaimana dengan 37 orang lainnya ? Dalam hal ini akan lebih tepat bila Guru memberikan pertanyaan tertulis untuk mengetahui penguasaan tiap siswa. Oleh karena itu penggunaan metode tanya-jawab di sini tidak wajar.

Mencari jawaban dari siswa, tetapi membatasi jawaban yang dapat diterima
Guru menanyakan pada kelas, mengapa Siti Nurbaya menyerah saja ketika dipaksa untuk menjadi istri Datuk Maringgih? Ada dua sebab, siapa dapat menyebutkan satu diantaranya?
Marwan : “Karena kaum wanita pada saat itu masih sangat patuh kepada segala perintah orang tua”.
Sarpin : “Kalau menurut pendapat saya, bukan karena patuh, tetapi takut pada orang yang; lebih berkuasa, dalam hal ini Datuk Maringgih”.
Guru : “Bukan, bukan itu ! Mari kita berpikir, apa sebab yang lain ?”
Tatik : “Kaum saya pada zaman itu belum berani kawin lari”.
Guru : “Bukan, bukan. Itupun bukan yang saya pikirkan. Ayo siapa bisa”?
Dalam hal ini sebenarnya anak-anak dapat bebas mengemukakan pendapat yang logis, namun sejak dari rumah, Guru sudah berpikir hanya ada 3 jawaban yang ada pada benak Guru. Oleh karena itu ia menutup kemungkinan jawaban lain dari siswanya, walaupun jawaban mereka cukup rasional
Dengan membatasi jawaban-jawaban yang dapat diterima kebenarannya, siswa menghadapi permainan tebakan. Sebenarnya jawaban yang logis dari siswa dapat diterima Guru, walaupun semula tidak ada dalam pikiran Guru. Oleh karena itu penggunaan tanya-jawab disini tidak wajar, sebab anak menjadi tidak berani mengutarakan pendapat, takut salah melulu.

Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.
2. Membutuhkan waktu lebih banyak (sumber:http://pakdesofa.blog2.plasa.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar